Distribusi Setelah Tsunami, Sungguh Memberi Kita Banyak Arti….

Pukul 03.00 WIB pagi, saat dingin masih terasa menusuk tulang dan ayam belum juga berkokok, kita sudah harus memanaskan mesin mobil, dan tak sampai 5 menit, kita langsung melakukan perjalanan di sepertiga malam nan syahdu itu bersama Ust. Ade Qohar selaku pimpinan perjalanan.
Oh ya, pada pagi, tepatnya di tanggal 17 Januari 2019 itu, kita bukan hendak sekedar pergi ke kantor untuk bekerja mencari nafkah dunia sebagaimana mungkin sebagian yang lain juga melakukannya. Tapi kita melakukan perjalanan di pagi hari nan penuh berkah itu tiada lain hendak melanjutkan kegiatan yang lebih mulia lagi yaitu distribusi al-Qur’an yang telah diamanahkan oleh Anda semua, para donatur. Kita berharap, amal ini menjadi amal besar, amal yang akan menghantarkan kita pada surga –Nya, karena yang kita distribusikan adalah Kalamulloh, kitab suci kita sebagai ummat Islam. Kita berharap, ini sebagai bukti kepedulian kita terhadap al-Qur’an yang banyak kaum muslimin, terutama di pesantren-pesantren yang membutuhkan mushaf al-Qur’an untuk menganggi mushaf al-Qur’an yang telah rusak.
Maka kita meluncur di pagi itu menuju lokasi yang telah direncanakan sebelumnya, tepatnya di daerah Pandeglang, Banten. Lokasi nya cukup lumayan jauh jika ditempuh dari Bogor sini. Kurang lebih, 6 jam waktu yang harus kita lewati untuk mencapainya. Karena itu, kita berangkat di pagi hari itu.
Oh ya, apa nama Pandeglang Banten cukup familiar atau sering terdengar akhir-akhir ini di telinga kita? Ya, kalau pun tidak kenal, tapi mungkin sering kita dengar akhir-akhir ini, dimana daerah tersebut baru saja mengalami musibah terjangan Tsunami. Musibah yang telah merenggut nyawa sebagian saudara kita dan memporak-porandakan rumah-rumah dan sebagian infrastruktur di sana. La haula wa la quwwata illa billah.
Alhamdulillah, pukul 09.00 WIB kita sudah memasuki wilayah pesisir pantai Anyer, Pandeglang. Saat memasuki daerah pantai Jambu, Cinangka kita sempat berhenti sejenak di lokasi yang tampak sepi. Ternyata, daerah itu merupakan salah satu daerah yang terdampak Tsunami. Ketika kami berkeliling tampak beberapa bangunan sudah roboh dan hanya menyisakan beberapa pendopo kecil di bibir pantai yang kami duduki saat itu untuk sejenak menikmati semilir angin dan deburan ombak laut. Sungguh indah kami rasakan. Namun jika mengingat dengan apa yang telah terjadi beberapa hari lalu, kesedihan itu kembali berkelabat dalam hati. Kalau sebelumnya tempat itu ramai dikunjungi, sekarang sepi seperti tak berpenghuni.

Begitulah, tak ada yang abadi di dunia ini, jika Alloh ta’ala hendak memberikan ujian, maka tiada yang dapat lari darinya. Dan bukan masalah kenapa ujian itu datang yang harus kita pertanyakan, tetapi, apakah kita dapat lulus dan dapat mengambil pelajaran dari ujian itu? Itulah yang harus senantiasa kita pertanyakan dalam diri kita. Dan itulah yang membuat kita bersegera mendistribusikan al-Qur’an di daerah ini. Karena sejatinya, bukan hanya sandang, pangan dan papan yang dibutuhkan saudara kita di daerah tersebut, tetapi juga kebutuhan ruhani, bahkan kebutuhan ruhani lebih dibutuhkan untuk dapat menguatkan jiwa agar tetap dapat bersabar dan berprasangka baik terhadap takdir yang Alloh ta’ala turunkan.
Ok. Ternyata perjalanan kita tidak sampai di situ. Walau sudah 6 jam kita lalui, kita masih harus melanjutkan perjalan untuk menuju Desa harapan karya sebagai desa tujuan distribusi kita. Setelah menempuh tambahan waktu 2 jam, alhamdulillah kita sampai di desa tersebut, setelah sebelumnya dijemput pak Lurah Ajet di terminal.

https://www.youtube.com/watch?v=z15SfB3qjqc&feature=youtu.be

Menurut pak Lurah, Desa Harapan Karya adalah desa pemekaran. Maka tak heran, ketika memasuki daerah tersebut seperti kami memasuki pelosok negeri. Masih rindang asli suasananya. Aneka pohon berserakan menjulang di kanan kiri jalan seperti dalam hutan. Tampak pohon-pohon rambutan yang buahnya sudah begitu memerah lebat munjmbai di sepanjang jalan desa. Juga pohon-pohon durian yang sepertinya sedang musim sehingga buah-buah nya pun tampak bergelantung dan seakan melambai-lambai meminta untuk dipetik oleh kami. Alhamdulillah… ternyata kami pun disambut oleh pak lurah dengan beberapa belahan durian yang isi buahnya begitu mmmm… nikmat sekali, empuk dan tebal dagingnya. Masyaalloh… Lelahnya perjalanan Alloh ta’ala gantikan melalui kebaikan tuan rumah di Desa harapan Karya itu.

Nah, desa Harapan Karya ini bukan merupakan desa yang terdampak Tsunami. Ada, tetapi hanya terdampak ringan sekali. Walau demikian, kita berada di lokasi ini karena memang terhubung dengan pak Lurah Enjat yang mengajukan al-Qur’an tersebut untuk didistribusikan di desa Harapan karya itu sendiri dan sebagian besar lainnya nanti akan disalurkan ke pesantren-pesantren di daerah pesisir pantai yang terdampak Tsunami. Karena sebenarnya, untuk memasuki daerah-daerah yang terdampak Tsunami paling parah ternyata tidak mudah. Medan nya cukup sulit setelah Tsunami tersebut. Perkiraan ke lokasi bisa 2 hari sampainya.
Maka kita serahkan sejumlah 17 paket al-Qur’an yang berjumlah 340 al-Qur’an ke pak Lurah Enjat untuk didistribusikan atau diserahkan ke pesantren-pesantren dan lembaga atau masjid yang membutuhkan al-Qur’an tersebut di sekitar wilayah pantai Anyer.

https://www.youtube.com/watch?v=nSFemH-zozw&feature=youtu.be

Tapi alhamdulillah, kita juga sempat mendistribusikan al-Qur’an ke salah satu pesantren yang ada di Desa itu. Pesantren Mubarok Hidayatul Qur’an namanya. Pesantren yang tidak besar. Bahkan ketika pertama kali melihatnya kita cukup miris di buat nya. Betapa tidak? Tampak kondisi pesantren yang sepertinya “maaf” kurang terawat. Bahkan jika melihat kondisi rumah Kyai nya yang berada di seberang sakan anak santrinya pun seperti biasa saja. Rumah kayu adanya.

Memang, pesantren ini hanya pesantren kecil. Yang dipelajari pun hanya sebatas Qiro’at, atau cara membaca al-Qur’an dengan lagam. Tidak ada yang lain. Yang mengajar pun hanya Kyai itu yang beliau sendiri masyaalloh, sudah sangat sepuh dengan mata yang sudah tak lagi awas dan pendengaran yang tak lagi jelas mendengar. Tetapi, walau demikian keadaannya, walau dengan keterbatasannya, tampak kecintaan terhadap al-Qur’an sangat terasa menyemburat dari sanubari para santri. Itu terlihat di saat kita membagikan al-Qur’an, wajah mereka begitu ceria. Mungkin karena mereka sangat senang mendapat al-Qur’an baru yang dapat mereka baca dan pelajari. Sementara al-Qur’an yang ada sudah rusak semua. Begitupun saat kita mencoba memasuki ruang sakan mereka, terdengar alunan al-Qur’an mengirama di seluruh ruang itu. Alhamdulillah.

https://www.youtube.com/watch?v=GpcAQHDub_M&feature=youtu.be

Kegiatan distribusi pun selesai. Akhirnya, pukul 14.00 WIB kita kembali pulang. Dan singkat cerita, pukul 22.00 WIB kita sampai di Mako Yataqu. Cerita nya singkat. Tapi rasa lelahnya mungkin bisa dibayangkan. Tetapi juga, semua itu bukanlah menjadi penyesalan. Justru inilah yang kita harapkan. Bukan mengharap kelelahan. Tetapi berharap kita masih dapat meluangkan waktu dan tenaga untuk berkorban di jalan Alloh ta’ala. Karena hakikatnya bukanlah agama ini yang butuh ditolong, tetapi kitalah yang butuh untuk menolong agama ini, agar pertolongan Alloh ta’ala itu turun kepada kita dan diampunkan dosa-dosa kita tersebab pengorbanan kita di jalan juang tersebut. Semoga kami dan juga Anda yang tak pernah lelah memberikan dukungan pada program ini diberikan pahala yang besar serta ampunan yang tiada pernah terhenti hingga hari kiamat nanti.

You cannot copy content of this page