Ghibah adalah salah satu perbuatan tercela dalam Islam yang sering kali diabaikan oleh banyak orang. Meskipun terlihat sepele, ghibah memiliki konsekuensi serius di dunia dan akhirat. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan konsekuensi dari perbuatan ghibah berdasarkan pandangan ulama terkemuka dalam Islam.
- Ghibah: Perbuatan Kedzaliman yang Tak Dilupakan Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat menekankan pentingnya menghindari perbuatan zalim, termasuk ghibah. Dalam QS. Ibrahim: 42, Allah menegaskan bahwa Dia tidak melupakan perbuatan zalim. Ini adalah peringatan penting untuk setiap muslim.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim..” (QS. Ibrahim: 42)
- Kedzaliman dan Hisab di Hari Kiamat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan konsekuensi dari perbuatan zalim di akhirat. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau menjelaskan bahwa pada Hari Kiamat, pahala orang yang mendzalimi akan diserahkan kepada orang yang didzalimi sampai kedzaliman itu habis.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan kondisi orang muflis (bangkrut).
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”
Para sahabat menjawab, ”Muflis (orang yang pailit) itu adalah yang tidak mempunyai uang maupun harta benda.”
Kemdian Nabi ﷺ menjelaskan,
“Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Muslim 6744 & Ahmad 8029).
- Muflis dalam Islam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menggambarkan kondisi orang muflis dalam Islam. Ini adalah orang yang mungkin telah menjalankan ibadah, tetapi juga melakukan ghibah dan perbuatan zalim terhadap sesama muslim. Hadis ini mengajarkan bahwa pahala yang diperoleh dari ibadah bisa hilang karena perbuatan buruk.
- Ghibah Sebagai Bentuk Kedzaliman Allah menyebut ghibah dalam al-Quran sebagai perbuatan yang mirip dengan memakan daging saudara muslim yang sudah mati. Ini menggambarkan sejauh mana keburukan ghibah dalam Islam.
Allah berfirman,
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS. al-Hujurat: 12)
- Konsekuensi Ghibah Menurut Ulama Para ulama terkemuka dalam Islam juga memberikan pandangan mereka tentang konsekuensi ghibah.
Perkataan Ulama Tabi’in Hasan al-Bashri,
والله لَلغِيبةُ أسرعُ في دين المؤمن من الأَكَلة في جسده
“Demi Allah, ghibah lebih cepat menggerogoti agama seorang mukmin dibandingkan orang yang makan badannya.” (as-Shumt, Ibnu Abi Dunya, hlm. 129).
Ulama seperti Fudhail bin Iyadh dan Abdullah bin Mubarak menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menghindari ghibah.
Keterangan Fudhail bin Iyadh :
Ada orang yang mengatakan kepada Fudhail, ‘Si A telah meng-ghibahku.’
Lalu Fudhail bin Iyadh mengatakan,
قد جلب لك الخير جلبًا
Berarti dia telah memberikan pahala untukmu. (Hilyah al-Auliya, 8/108)
Ghibah adalah perbuatan yang sering diabaikan, namun memiliki konsekuensi serius di dunia dan akhirat. Para ulama Islam menekankan pentingnya menghindari ghibah dan menjaga pahala ibadah kita. Kita harus belajar dari pandangan mereka dan berupaya menjauhkan diri dari perbuatan ghibah, karena Allah tidak pernah melupakan perbuatan zalim.