ZUBAIR BIN AWWAM

Zubair bin Awwam

Nasabnya

Beliau adalah Az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Kinanah bin Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Makki Al-Madani. Nasabnya bertemu dengan nasab Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam pada kakeknya yang kelima yaitu Qushay. Ibunya menjulukinya Abu Thohir sementara Zubair sendiri menjuluki dirinya sendiri dengan Abu Abdillah diambil dari anaknya yang bernama Abdulloh, inilah yang dikenal dan para sahabat pun memanggilnya dengan julukan ini. Gelar beliau adalah Hawari Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam. Hawari adalah seorang penolong dan pembela yang sangat loyal terhadap apa yang dibelanya, yang tulus dan murni dari tendensi apapun. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam telah melekatkan gelar ini pada banyak kesempatan, dan dengan itu dikenal di kalangan para sahabat bahkan sampai hari ini.

Seorang Ahli Ibadah

Zubair bin Awwam senantiasa di sisi Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam dalam seluruh masa dakwahnya kecuali beberapa waktu saja saat beliau hijrah ke Habasyah. Zubair hadir di dalam majelis-majelis beliau, memperhatikan sunnahnya, mendengar haditsnya, dan mendapatkan ilmu darinya. Namun demikian hadits yang diriwayatkan olehnya hanya sedikit saja karena hampir seluruh harinya dipersembahkan untuk dakwah dan jihad serta beberapa faktor yang lainnya.

Zubair bin Awwam seorang ahli ibadah. Semangatnya untuk beramal begitu menggelora. Hal itu bisa diketahui dari mutiara nasihat beliau yang sangat berharga sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i dan Ibnu Syaibah bahwa Zubair bin Awwam berkata, “Barangsiapa di antara kalian yang menabung amal shalihnya untuk akhirat, hendaklah ia melakukannya.” Beliau beribadah kepada Alloh dengan penuh khusyu’. Pada saat safar beliau memanfaatkan waktunya untuk menunaikan shalat. Abdullah bin Zubair menceritakan bahwa beliau bersama Zubair dari Yarmuk. Beliau melihatnya shalat di antas kendaraan kemanapun itu menghadap.

Laksana Angin Berhembus

Zubair bin Awwam seorang yang dermawan. Kedermawanannya laksana angin yang berhembus. Ibnu Asakir dan Ibnu jauzi meriwayatkan bahwa beliau menjual sebuah rumahnya dengan harga enam ratus ribu dirham lalu beliau infakkan untuk di jalan Alloh. Sa’id bin Abdul Aziz meriwayatkan bahwa Zubair memiliki seribu budak yang bertugas menyetorkan pajak tanahnya, dan tidak sepersenpun dari harta itu masuk ke rumahnya semuanya ia sedekahkan. Disebutkan dalam kitab ar-Riyadh Nadhirah diceritakan bahwa ia mengirimkan uang untuk ummul mukminin Aisyah dua kantung uang yang berjumlah serratus delapan puluh ribu dirham. Sikap kejujuran mewarnai dalam sisi kehidupan Zubair bin Awwam. Beliau adalah saudagar yang sangat jujur hingga Alloh memberikan keberkahan kepada hartanya. Ibnu Abdil Bar menceritakan bahwa Zubair adalah orang yang sangat beruntung dalam perniagaannya. Suatu ketika ditanyakan kepadanya, “Dengan apa engkau mendapatkan apa yang engkau peroleh dalam perniagaanmu?” Dia menjawab, “Itu karena aku tidak pernah berbelanja curang, tidak menolak suatu keuntungan, dan Alloh memberikan keberkahan bagi siapa yang diberkahi.” Alloh menganugerahkan sikap amanah kepada Zubair bin Awwam. Ia sangat berlebihan dalam berbuat baik kepada para sahabat. Ia bersedia menjaga harta-harta mereka sepeninggal mereka dan kemudian menunaikan wasiat-wasiat mereka kepada anak-anak mereka bahkan ia menjadikan harta mereka sebagai tanggungannya sebagai bentuk keseriusannya dalam menjaga harta mereka. Di antara para sahabat yang berwasiat kepada Zubair adalah Utsman, Miqdad, Abdurrahman bin Auf, Ibnu Mas’ud dan lain-lain.

Pembela Sejati

Zubair bin Awwam seorang mujahid sejati dan sangat pemberani. Kiprahnya dalam jihad untuk menegakkan agama Alloh di muka bumi tidak diragukan sedikitpun. Ia termasuk di antara para sahabat yang paling berani, yakni Ali, Hamzah, dan Zubair. Juga satu di antara sahabat yang paling keras, yakni Umar, Ali, Zubair dan Sa’ad bin Abi Waqqos. Ia memasuki kancah peperangan seolah satu pasukan menyatu dalam dirinya, bahkan Umar menganggapnya bagai seribu laki-laki. Keberanian ini diwarisi dari keluarganya. Kakek dan ayahnya tewas dalam medan pertempuran.

Tak sekalipun Zubair absen dalam peperangan-peperangan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam. Beliau pun ikut andil dalam pertempuran-pertempuran besar yang menentukan pada masa khulafaur rosyidin. Pada perang Badar hanya bersama Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalamdua penunggang kuda, Zubair di sayap kanan dan Miqdad di sayap kiri. Zubair mengenakan sorban berwana kuning. Alloh menolong kaum muslimin pada perang itu dengan tentara malaikat dari langit menggunakan sorban berwarna kuning. Pada duel tanding di perang Uhud, ia berhasil membunuh pembawa panji bendera orang-orang musyrik, yaitu Thalhah bin Abi Thalhan Al-Abdari.

Zubair kembali memperlihatkan keberaniannya di perang Khandaq. Naufal bin Abdullah bin Al-mughirah Al-Makhzumi keluar pada perang Khandaq dan menantang untuk berduel. Zubair bin Awwam menerima tantangannya. Beliau berhasil membunuhnya. Beliau berhasil membelahnya menjadi dua dan berkata, “Aku adalah seorang yang menjaga dan melindungi Nabi yang ummi.” Pada tahun ke tujuh terjadilah perang Khaibar. Perang tersebut banyak pertempuran dan duel-duel yang terjadi. Seorang Yahudi, Yasir menantang berduel, dia menyombongkan keberanian dan kepahlawananya yang luar biasa. Zubair menerima tantangannya dan berhasil membunuhnya.

Wafatnya

Zubair bin Awwam terbunuh pada saat perang Jamal. Ia dibunuh secara dzalim oleh Ibnu Jurnuz. Beliau wafat saat usia enam puluh empat tahun. Beliau meninggalkan empat istri dalam ikatan pernikahannya, yaitu Asma binti Abi Bakar, Atikah binti zaid, Ummu Khalid binti Khalid bin Sa’id dan Ar-Rabab binti Anif. Beliau memiliki dua puluh anak, sebelas laki-laki dan dua di antaranya meninggal saat masih kecil, dan sembilan perempuan.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.takrimulquran.org

error: Content is protected !!