Sa’id bin Jubair Rahimahullah
Nama, Nasab dan Kelahiran
Nama beliau ialah Sa’id bin Jubair bin Hisyam al-Asadi al-Walibi. Kunyahnya Abu Muhammad dan ada juga yang mengatakan Abu Abdillah. Beliau adalah seorang imam, hafidz, muqri, dan mufassir. Sebagian ulama mengatakan beliau lahir pada 46 H pada masa kekhalifahan Abu al-Hasan, Ali bin Abi Thalib.
Perjuangan Menuntut Ilmu dan Dakwah
Sa’id bin Jubair adalah sosok tabiin yang telah diakui keilmuannya. Ja’far bin Abi al-Mughirah mengatakan bahwa apabila Ibnu Abbas didatangi penduduk Kufah untuk meminta fatwa kepada beliau, maka beliau mengatakan “Bukankah di tengah kalian terdapat Ibnu Ummi ad-Dahma?!” maksudnya adalah Sa’id bin Jubair.
Ada juga seorang laki-laki yang datang kepada sahabat Ibnu Umar bertanya tentang fara’idh / bagian waris. Lalu Ibnu Umar berkata, “Datanglah kepada Sa’id bin Jubair, karena dia lebih tahu tentang hisab daripada aku. Dia akan melakukan pembagian waris sebagaimana yang telah diwajibkan.”
Kedua kisah ini menggambarkan bagaimana dua orang sahabat yang ahli ilmu merekomendasikan untuk merujuk Sa’id bin Jubair. Karenanya Abu al-Qasim Hibatullah bin al-Hasan at-Thabari mengatakan tentang Sa’id bin Jubair, “Beliau adalah seorang yang tsiqah, imam, dan hujjah bagi kaum muslimin.” Said bin Jubair adalah murid terbesar sahabat Ibnu Abbas. Beliau banyak menimba ilmu dari Ibnu Abbas, sehingga beliau adalah rujukan dalam tafsir al-Qur’an.
Kesemangatan Ibadah dan Akhlaknya
Sa’id bin Jubair memiliki sifat, akhlak, dan ibadah yang layak untuk diteladani oleh semua generasi. Beliau menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah shalat sunnah dan lisannya basah dengan banyak berdzikir. Nashif mengatakan bahwa suatu hari ia melihat Sa’id bin Jubair shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim sebelum shalat Shubuh. Lalu ia mendatangi Sa’id untuk menanyakan sebuah ayat dalam kitabullah. Tapi beliau tidak menjawabnya, hingga selesai shalat Shubuh beliau mengatakan, “Jika terbit fajar, maka janganlah kamu berbicara kecuali berdzikir kepada Alloh, hingga Engkau shalat Shubuh.”
Hilal bin Khabbab juga mensifati demikian saat mengantarkan jenazah bersama Sa’id bin Jubair bahwa dia adalah orang yang berdzikir.
Al-Qasim al-A’raj mengatakan bahwa Sa’id sering menangis pada malam hari hingga penglihatannya kabur. Karena keshalihan Sa’id bin Jubair, maka doa-doa beliau cepat mustajab.
Asbagh bin Zaid mengatakan bahwa Sa’id bin Jubair memiliki ayam jago yang kokokannya membangunkannya setiap malam. Suatu hari ayam jago tersebut tidak berkokok hingga tiba pagi hari dan Sa’id bin Jubair pun tidak melaksanakan shalat sunnah pada malam itu. Lalu ia mengatakan, “Ada apa dengan ayam jago itu, semoga Alloh memutus suaranya.” Setelah itu, ayam tersebut tidak terdengar lagi suaranya. Mengetahui hal tersebut, ibunya pun mengatakan kepada beliau, “Jangan pernah mendoakan keburukan pada sesuatu pun setelah ini.
Guru-guru dan Murid-murid Sa’id bin Jubair
Sa’id bin Jubair belajar dan meriwayatkan hadits dari banyak para sahabat Nabi. Di antaranya adalah Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mughafal, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Sa’id al-Anshari, Aisyah, dan beberapa sahabat lainnya radhiyallohu ‘anhum.
Adapun murid-murid yang menimba ilmu darinya cukup banyak. Di antara mereka adalah dua orang putranya Abdul Malik dan Abdullah, kemudian Ya’la bin Hakim, Ya’la bin Muslim, Abu Ishaq as-Sabi’i, Abu az-Zubair al-Makki, Adam bin Sulaiman, Ja’far bin Abi al-Mughirah, dan lain-lain.
Nasihat dan Kata-kata Mutiara
Di antara nasihat yang pernah diucapkannya, “Sesungguhnya rasa takut ialah bila engkau takut kepada Alloh hingga rasa takutmu menghalangimu dari kemaksiatanmu.”
Beliau juga mengatakan, “Sungguh, aku menyebarkan ilmuku itu lebih aku sukai daripada aku membawanya masuk ke dalam kuburku.”
Sa’id bin Jubair ditanya tentang apa tanda kebinasaan manusia, beliau menjawab, “Jika para ulama mereka telah wafat.”
Ujian Sa’id bin Jubair Rahimahullah
Sa’id bin Jubair dan Ibnu al-Asy’ats memberontak terhadap al-Hajjaj karena apa yang dilakukan oleh al-Hajaj yang sudah melewati batas. Sa’id bin Jubair pun bersembunyi selama 12 tahun dengan berpindah-pindah tempat. Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau lama bersembunyi karena pemberontakan yang dilakukan oleh para ulama terhadap al-Hajaj yang terjadi pada 82 H. Meraka tidak berhasil menangkap Said kecuali pada 95 H di mana pada tahun tersebut Alloh menumbangkan kekuasaan al-Hajjaj.”
Sa’id bin Jubair disiksa oleh al-Hajjaj hingga terbunuh. Beliau bisa saja mendoakan keburukan pada al-Hajaj, tetapi dia tidak melakukannya. Bahkan, doa yang dipanjatkannya adalah agar dirinya menjadi orang terakhir yang dibunuh oleh al-Hajjaj. Doa tersebut pun dikabulkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dengan mencabut nyawa al-Hajjaj tidak lama dari setelah wafatnya Sa’id bin Jubair.
Wafatnya Said bin Jubair
Sa’id bin Jubair wafat pada usia 49 tahun di bulan Sya’ban 95 H. Beliau meninggal dibunuh oleh al-Hajjaj dengan cara yang paling keji. Tapi Sa’id bin Jubair menghadapinya penuh dengan kesabaran lagi tetap berharap pahala, karunia, dan Surga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga wafatnya beliau tercatat sebagai seorang syahid.
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!