ABU ABDURRAHMAN AN-NASA’I

Gambar. Abu Abdurrahman An-Nasa'i - www.takrimulquran.org

ABU ABDURRAHMAN AN-NASA’I

  1. Nama lengkap beliau adalah Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Kurasani an-Nasa’i. Nama Imam an-Nasa’i dinisbatkan pada sebuah daerah bernama Nasa’ di wilayah Khurasan. Menurut Imam Adz-Dzahabi, Imam an-Nasa’i lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H. Dan masih menurut beliau, Imam An-Nasa’i bermuka tampan biarpun sudah memasuki usia senja, sering mengenakan baju musim dingin, mempunyai empat isteri dan senang makan daging ayam. Dia adalah seorang syaikh yang berwibawa, bermuka cerah, ringan tangan dan berbudi luhur.
  2. Adz-Dzahabi berkata, “Imam an-Nasa’i selain memiliki ilmu yang sangat dalam, dia juga seorang yang mutqin, pandai, kritikus perawi hadits dan memiliki karya dengan susunan yang baik. Dia menuntut ilu di Khurasan, Hijaz, Mesir, Irak, Jazirah, Syam dan Tsaghur,dan pada akhirnya menetap di Mesir, sehingga banyak ulama huffadz yang mengunjunginya. Pada masanya, tidak ada orang yang menyamai kedalaman ilmunya dalam bidang hadits. Salah satu karya beliau yang terkenal adalah Kitab Al-Mujtaba’ dan Kitab Sunan Al-Kubra.
  3. Aktifitas keilmuan beliau bermulai ketika beliau mengahafal al-Qur’an dan menerima disiplin ilmu dari guru-gurunya. Pada usia 15 tahun, beliau mulai melakukan perjalanan guna menimba ilmu dan mencari hadits-hadits Nabi ke berbagai tempat seperti daerah Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan daerah yang lain. Ia juga dikenal sebagai orang yang sungguh-sungguh dalam beribadah baik pada waktu malam maupun siang hari, melaksanakan ibadah puasa sunnah dan puasa dawud.
  4. Ahmad bin Mahbub ar-Ramali berkata, “Aku telah mendengar Imam an-Nasa’i berkata, “Ketika aku berniat hendak mengumpulkan hadits dalam kitabku ini, maka aku beristikharah terlebih dahulu untuk memohon petunjuk dari Alloh subhaanahu wa ta’ala dalam meriwayatkan beberapa hadits dari beberapa perawi. Hal ini aku tempuh karena perawi hadits tersebut terdapat sesuatu yang mengganjal dalam hatiku. Pada akhirnya, aku lebih memilih untuk tidak meriwayatkannya, padahal hadits tersebut telah aku miliki dengan sanad yang ’ali.”

Baca Artikel Lainnya!

  1. Adapun di antara nama guru-guru beliau, yang teradapat didalam kitab sunannya adalah sebagai berikut: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Hisyam bin ‘Ammar, Suwaid bin Nashr, Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi, Abu Thahir bin as Sarh, Yusuf bin Isa az-Zuhri, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud,  Imam Abu Isa at Tirmidzi, dan yang lainnya.
  2. Sedangkan nama murid-murid yang mendengarkan majlis beliau dan pelajaran hadits beliau adalah: Abu al Qasim al Thabarani, Ahmad bin Muhammad bin Isma’il An Nahhas an Nahwi, Hamzah bin Muhammad Al Kinani, Hasan bin al-Khadr al-Asuti, Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi’i, Al Hasan bin Rasyiq, Muhmmad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi, Abu Ja’far al Thahawi, Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi, Abu Basyar ad Dulabi, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni, dan yang lainnya.
  3. Adz-Dzahabi berkata, “Dari Abu Abdillah Ibnu Mandah dari Hamzah al-Aqabi al-Mashri dan yang lainnya bahwasanya tatkala Imam An-Nasa’i menjelang akhir usianya, dia keluar dari Mesir menuju Damaskus. Ketika tiba di sana, maka dia ditanya tentang Muawiyah dan kelebihan-kelebihannya. Lalu Imam an-Nasa’i berkata, “Seorang yang biasa-biasa saja diminta untuk dilebih-lebihkan atas yang lain!” Mereka pendukung Muawiyah terus menekannya sampai akhirnya menyeret Imam an-Nasa’i dari masjid. Setelah itu, Imam an-Nasa’i dibawa ke Makkah dan meninggal di sana.” Demikian menurut keterangan dari Hamzah al-Aqabi al-Mashri, sedang yang benar adalah Al-Aqabi Al-Mashri dibawa ke Ramlah (Palestina). Abu Abdurrahman an-Nasa’i telah meninggal di Palestina pada hari Senin 13 Shafar 302 Hijriyah. Imam adz-Dzahabi menambahkan, “Keterangan Ibnu Yunus ini lebih benar, karena dia seorang yang hafidz dan selalu terjaga termasuk dari murid Imam an-Nasa’i. Sebagai seorang murid, maka tentu ia lebih mengetahui berita gurunya.”

Wakaf Al-Qur’an untuk Pesantren, TPQ dan Masjid di Pelosok

error: Content is protected !!