ABDUL GHANI AL-MAQDISI

Abdul Ghani Al-Maqdisi - www.takrimulquran.org

AL-HAFIDZ ABDUL GHANI AL-MAQDISI

  1. Beliau  adalah al-Imam al-Hafidz Taqiyuddin, Abu Muhamad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali bin Surur bin Rafi’ bin Hasan bin Ja’far, al-Maqdisi, al-Jama’ili, ad-Dimasyqi, as-Shalihi, al-Hambali. Beliau dilahirkan di Jama’il pada tahun 541 H, suatu daerah di pegunungan Nablus bagian dari Negeri Palestina dekat Baitul Maqdis, karenanya dinisbatkan ke Baitul Maqdis. Kemudian pindah ke Damaskus, setelah itu pindah di tepi gunung Qasiyun yang dikenal dengan nama ash-Shalihiyah.
  2. Beliau adalah ahli hadits dalam Islam, salah satu imam terkemuka, memiliki sikap wara’ dan ahli ibadah, berpegang pada atsar, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Beliau tidak menyia-nyiakan sedikitpun dari waktunya tanpa faidah. Beliau shalat subuh, mengajarkan al-Qur’an, dan terkadang membaca beberapa hadits sebagai pengajaran, kemudian dia berdiri untuk wudhu dan shalat 300 rakaat hingga sebelum dzuhur. Setelah itu beliau tidur sejenak, kemudian shalat dhuhur, lalu menyibukkan diri dengan memperdengarkan atau menyalin hingga maghrib. Jika berpuasa maka beliau berbuka, jika tidak maka beliau shalat dari maghrib hingga isya. Beliau tidur hingga pertengahan malam atau sesudahnya, kemudian beliau bangun seakan-akan ada orang yang membangunkannya. Beliau berdoa sejenak, kemudian berwudhu dan shalat hingga menjelang subuh, terkadang beliau berwudhu tujuh atau delapan kali dalam semalam dan beliau mengatakan, “Shalat tidak menyenangkan bagiku kecuali jika anggota tubuhku masih tetap basah,” kemudian beliau tidur sejenak hingga fajar.
  3. Muhammad bin Salamah at-Tajir al-Harrani mengatakan: al-Hafidz Abdul Ghani singgah di rumahku di Ashbahan. Dia tidak tidur di malam hari kecuali sebentar, tetapi dia shalat, membaca al-Qur’an, dan menangis. Dhiya’uddin mengatakan, “dia membaca hadits pada hari Jumat di jami’ Damaskus, dan juga malam kamis, saat orang orang berkumpul. Dia membaca dan menangis, serta membuat orang-orang menangis, hingga orang yang menghadirinya sekali nyaris tidak akan meninggalkannya. Jika selesai, dia berdoa dengan doa yang sangat banyak.

Baca Artikel Lainnya!

  1. Dhiya’uddin mengatakan, “Syaikh kami al-hafidz nyaris tidaklah ditanya tentang suatu hadits melainkan beliau pasti dapat menyebutkannya dan menjelaskannya, menyebutkan keshahihan dan kedhaifannya, tidaklah ia ditanya tentang seseorang melainkan dia pasti dapat menjawab, dia adalah fulan bin fulan al-fulani, dan menyebutkan nasabnya. Dia adalah amirul mu’minin di bidang hadits.
  2. Adh-Dhiya’ mengatakan, “Tidaklah dia melihat kemungkaran melainkan pasti mengubahnya dengan tangannya atau lisannya, dan tidak menghiraukan celaan orang-orang yang mencela dalam menegakkan agama Alloh. Suatu hari aku melihatnya menumpahkan khamr lalu pemiliknya menghunus pedang, namun dia tidak takut darinya, dan mengambil pedang tersebut darinya. Dia adalah orang yang sangat kuat tubuhnya. Sedangkan di Damaskus beliau sering kali mematahkan rebab dan alat-alat musik semacam seruling.” Adh-Dhiya’ mengatakan, “Syaikh kami adalah orang yang dermawan, dia tidak pernah menyimpan dinar atau dirham meskipun memperolehnya. Dia justru menginfakkannya. Aku pernah mendengar darinya bahwa dia keluar pada malam hari dengan membawa tepung ke beberapa rumah dengan menyamar dalam kegelapan malam, lalu dia memberikan kepada mereka tanpa dikenali. Dia mendapatkan pakaian, lalu memberikannya kepada orang lain, sedangkan pakaiannya bertambal. Bahkan dikisahkan pada saat terjadi inflasi harga di Mesir beliau selama tiga malam memberikan makan malamnya kepada orang lain sedangkan beliau sendiri tidak makan.
  3. Beliau  sangat banyak menulis kitab khususnya dalam bidang ilmu hadits, di antara karya tulisnya adalah: Al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal, Umdatul Ahkam, Al-Misbah Fi ‘Uyuni al-Ahadits as-Shihah, Al-Atsar al-Mardhiyyah Fi Fadhaili Khairil Bariyyah, dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.
  4. Beliau meninggal pada hari Senin malam selasa tanggal 23 Rabiul Awwal tahun 606 H setelah sakit parah selama 16 hari sehingga sulit untuk berbicara dan berdiri. Keesokan harinya orang-orang berkumpul dan memakamkannya di Qarafah.

Wakaf Al-Qur’an untuk Pesantren, TPQ dan Masjid di Pelosok

error: Content is protected !!