AL-HAFIZH IBNU HAJAR AL-ASQALANI

تخطيط_كلمة_ابن_حجر

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah

  • Nama, Nasab dan Kelahiran

Beliau bernama Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar al-Kannani al-Qabilah yang berasal dari al-Asqalan. Beliau dilahirkan tanggal 22 Sya’ban tahun 773 Hijriyah dipinggiran sungai Nil di Mesir. Tempat tersebut dekat dengan Dar an-Nuhas dekat masjid al- Jadid.

  • Keilmuaan, dan Karyanya

Dr. Hamid Abdul Majid mengatakan, “Alloh telah membuat Ibnu hajar mencintai ilmu hadits, dan sangat menggandrunginya, bersemangat padanya, mencurahkan hidupnya untuk mempelajarinya, dan memperbanyak perjalanan untuk mencarinya.” Meskipun dia telah mendengar banyak hadits sebelumnya, meski begitu dia tidak merasa puas dengan apa yang ia dapatkan dan terus berusaha sampai tahun 796 Hijriyah. Karena itu, pada tahun itu ia sudah membuka diri untuk mengajar dan mengajarkan apa yang selama ni ia dapatkan. Di antara karya beliau yang terkenal ialah: Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, al Ishabah fi Tamyizish Shahabah, Tahdzibut Tahdzib, ad Durarul Kaminah, Taghliqut Ta’liq, Inbaul Ghumr bi Anbail Umr dan lain-lain.

  • Kesemangatan dalam Menuntut Ilmu

Untuk mencari hadits ia telah banyak berkeliling daerah dan menemui banyak syaikh, Ia banyak mendengar hadits-hadits dalam kitab-kitab besar dari dua guru, yaitu al-Hafizh Zainuddin Abdurrahim bin al-Husain al-Iraqi dan asy-Syaikh Nurudin al-Haitsami.

  • Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Al-Allamah asy-Syaukani mengatakan, “Dia adalah seorang Al-Hafidz besar yang masyur, imam yang tiada duanya dalam hal pengetahuan tentang hadits. Hafalan dan kesempurnaannya diakui, baik oleh orang dekat maupun orang jauh, musuh maupun teman, hingga penyebutan secara muthlaq kata ‘al-Hafizh’ telah menjadi kesepakatan dan tidak ada yang menetangnya.”

  • Ibadah dan Akhlak

Adapun ibadahnya, Ustad Abdussatar asy-Syaikh mengatakan, “Kehidupan yang mulia dan agung tersebut dihiasi dengan tekun beribadah, sehingga ia dapat dijadikan suri tauladan dalam hal ini. Ibnu Hajar selalu menjalankan shalat tahajjud di malam hari, baik saat di rumah ataupun saat sedang bepergian, bahkan saat beliau sakit parah sekalipun. Ia baru tidak melakukan shalat tahajud saat tidak bisa lagi untuk melakukannya. Dia tidak pernah meninggalkan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah kecuali dalam keadaan terpaksa. Banyak berpuasa, dan berkeinginan keras untuk tidak mengosongkan waktunya dari ibadah. Hal itu disaksikan oleh Qadhi al-Qudhah al-Hanafiyyah, Abu al-Fadhl Ibnu asy-Syahnah, dan dia mengatakan, “Aku menemaninya di sebagian perjalanannya, dan aku melihatnya tetap melakukan Qiyamul Lail”. Dr. Muhammad Kamal Izzuddin mengatakan,”Ibnu Hajar berusaha dengan segala kemampuannya untuk tidak makan suatu yang haram, atau yang mengandung syubhat haram. Dr. Muhammad Kamal Izzuddin mengatakan, “Adapun kebaikannya dan sedekahnya yang dikeluarkan kepada orang-orang dari berbagai golongan dengan tingkat prestisenya yang berbeda-beda, maka terdapat riwayat dan kisah yang menyebutkan bahwa Ibnu Hajar adalah orang yang banyak berbuat kebaikan lagi gemar bersedekah. Di antaranya, dia memberikan kepada sebagian jamaahnya harta yang banyak untuk melapangkannya dalam menuntut ilmu dan semisalnya. Dan Dia juga memberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya. Ustad Abdussattar asy-Syaikh mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa kebersihan hati ulama yang satu ini sangat mengesankan. Ia adalah ulama Alim Rabbani baik lagi bersih, dan niatnya jujur lagi ikhlas karena Rabbnya. Jarang sekali zaman menjumpai orang semisalnya.”

  • Wafatnya

Pada malam sabtu permulaan 28 Dzulhijjah  852 H, dua jam setelah Shalat Isya, sementara cucunya dan sebagian sahabatnya telah duduk di sekelilingnya, mereka membaca surat Yasin Ketika mereka telah sampai pada Firman-Nya, “(Kepada mereka dikatakan), ‘Salam’ sebagai ucapan selamat dari Rabb Yang Maha Penyayang.” [Yasin:58], ruhnya kembali kepada Rabbnya.

You cannot copy content of this page