AL-LAITS BIN SA’AD

Al-Laits bin Sa’ad

Nama, Nasab dan Kelahiran al-Laits bin Sa’ad

Namanya adalah Laits bin Sa’ad bin Abdurrahman al-Fahmi Abu al-Harits al-Mishri, maula (budak) dari Abdurrahman bin Khalid bin Musafir. Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa Laits adalah budak dari bani Tsabit Zha’in, kakek dari Abdurrahman bin khalid bin Musafir.

Al-Laits dilahirkan di Qarqasyandah, yaitu sebuah desa yang terletak sekitar empat Farsakh (atau sama dengan 32 km) dari ibu kota Mesir, Cairo.  Al-Laits lahir pada tahun 94 H, namun sebagian orang ada yang mengatakan bahwa ia lahir pada tahun 93 H.

Menurut Abu Sa’id bahwa pendapat yang benar adalah pendapat pertama, ini juga sebagaimana yang dikatakan oleh Yahya, “Aku mendengar Laits berkata: “Aku dilahirkan pada bulan Sya’ban, pada tahun keempat (maksudnya pada tahun 94 H). Al-Laits juga berkata: “Aku telah menunaikan ibadah haji pada tahun 113 H”.

Keilmuan al-Laits bin Sa’ad

Ilmu yang digelutinya adalah bidang hadits dan fiqih. Dari Syurahbil bin Jamil bin Yazid, budak dari Syurahbil bin Hasanah, dia berkata: “Aku melihat Laits bin Sa’ad berbicara tentang hadits kepada orang-orang pada masa kekuasaan Hisyam, sedangkan di Mesir (pada waktu itu) ada ulama-ulama besar seperti Ubaidillah bin Ja’far, Ja’far bin Rabi’ah, al-Harits bin Yazid, Yazid bin Abi Habib, Ibnu Hubairah dan yang lain dari penduduk Mesir, mereka adalah ulama-ulama penduduk Mesir, mereka adalah ulama-ulama ahli fiqih penduduk Madinah, mereka mengakui keutamaan, kewara’an al-Laits dalam memberikan penjelasan kepada orang-orang”.

Dari Abu al-Walid Abdul Malik bin Yahya bin Bakir, ia berkata: Aku mendengar ayahku pernah berkata: “Aku tidak melihat orang yang lebih sempurna dari al-Laits bin Sa’ad. Setiap gerakan dari tubuhnya adalah pengamalan dari ilmu fiqih yang ia miliki, mulutnya faqih dalam berbahasa arab, pandai membaca al-Qur’an, menguasai nahwu, banyak menghafal syair dan hadits, ingatannya bagus, masih banyak lagi kebaikan yang dimilikinya. Ada sepuluh macam kebaikan yang ia miliki, yang hal itu tidak ada yang menyamainya”.

Akhlak, Wara’ dan Kedermawanannya

Qutaibah mengatakan, al-Laits menaiki kendaraan dalam semua shalat menuju ke masjid, dan dia bersedekah setiap hari kepada 300 orang miskin.

Dari Abdullah bin Shalih, dia mengatakan Aku menemani al-Laits selama sepuluh tahun, dia tidak pernah makan siang atau makan malam kecuali bersama orang lain. Dia tidak makan kecuali dengan daging, kecuali bila dia sakit.

Qutaibah mengatakan, seorang wanita datang kepada al-Laits seraya mengatakan, wahai Abu al-Harits, anakku sakit dan dia menginginkan madu, al-Laits mengatakan kepada budaknya, wahai bujang, berikanlah kepadanya satu Mirth (960 ons) madu.

Dari Abu Bakir ia berkata: “Al-Laits pernah berkata: “Abu Ja’far berkata kepadaku: “Maukah kamu menggantikanku sebagai penguasa di Mesir?”. Aku menjawab: “Tidak wahai Amirul mu’minin, aku lebih lemah dari jabatan itu dan aku berasal dari golongan budak”. Kemudian Abu Jafar berkata: “Kamu tidak lemah, namun niatmu yang lemah untuk menjalankan roda pemerintahan menggantikanku”. Demikianlah sifat kewaraan Al-Laits.

Kata-kata mutiara al-Laits bin Sa’ad

Abdullah bin Shalih mengutip perkataan Al-Laits yang menjadi kata mutiaranya, yaitu ketika beliau ditanya oleh Harun Ar-Rasyid sang khalifah pada masa itu tentang kebaikan negerinya, maka Al-Laits pun menjawab : “Wahai Amirul mukminin, kebaikan negeri kita adalah dengan mengalirkan sungai Nil dan memperbaki amirnya. Karena kekeruhan itu berasal dari pangkal mata airnya. Jika pangkal mata airnya jernih, maka hulu-hulunya akan jernih.”

Guru-guru dan Murid-muridnya

Guru-gurunya ialah Nafi’, Ibnu Abu Mulaikah, Yazid bin Abu Habib, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Abdu Rabbihi bin Sa’id, Ibnu Ajlan, az-Zuhri, Hisyam bin Urwah, Atha’ bin Abu Rabah, Bukair bin al-Asyajj, al-Harits bin Ya’qub, Abu Aqil Zuhrah bin Ma’bad, Said al Maqburi, Abu az-Zinad bin Rabah, Yazid bin al-Had, Abu az-Zubair al-Makki, Ibrahim bin Abu Ablah, Ayyub bin Musa, Ibrahim bin Nasyith, Ja’far bin Rabi’ah.

Adapun murid-muridnya yaitu Syu’aib, Muhammad bin Ajlan, Hisyam bin Sa’ad, Ibnu Lahi’ah, Husyaim bin Basyir, Qais bin ar-Rabi’, Aththaf bin Khalid, Ibnu al-Mubarak, Ibnu Wahb, Marwan bin Muhammad, Abu an-Nadhr, Abu al-Walid bin Muslim, Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad, Yunus bin Muhammad al-Mu’addib, Yahya bin Ishaq as-Salihini, Ali bin Nashr al-Jahdhami al-Kabir, Abu Salamah al-Khuza’i, Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin Rumh bin al-Muhajir, Abu al-Jahm al-Ala’ bin Musa, Isa bin Hammad Zughbah.

Wafatnya Al-Laits

Yahya bin Bukair dan Sa’id bin Abu Maryam mengatakan, “Al-Laits meninggal pada pertengahan bulan Sya’ban 175 H. Yahya mengatakan, “Meninggal pada hari Jumat dan dishalatkan oleh Musa bin Isa.”

Khalid bin Abdussalam ash-Shadafi mengatakan, “Aku melayat jenazah Al-Laits bin Sa’ad bersama ayahku, maka aku tidak melihat satu jenazah pun yang lebih mulia daripadanya. Aku katakan, “Wahai ayahku, seakan-akan tiap-tiap orang adalah sahabat jenazah ini.”

www.takrimulquran.org

error: Content is protected !!