Hammad bin Salamah
Nama, Nasab dan Kelahiran Hammad bin Salamah
Nama lengkap beliau adalah Hammad bin Salamah bin Dinar, imam panutan, Syaikhul Islam Abu Salamah al-Bashri an-Nahwi, al-Bazzar al-Khiraqi al-Bartha’ ini, maula Alu Rabi’ah bin Malik, dan anak saudara perempuan Humaid ath-Thawil. Menurut pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 91 H.
Keilmuan Hammad bin Salamah
Sama seperti Al-Auza’i dan Sufyan Ats-Tsauri, bidang ilmu yang digelutinya adalah hadits. Dari Yahya bin Ma’in ia berkata: “Riwayat dari Hammad bin Salamah dapat dipercaya”. Dari Hajjad bin Al-Minhal, dia bercerita kepada kami: “Hammad bin Salamah telah banyak menceritakan banyak hadits kepada kami, dan dia adalah ulama besar”.
Abdullah bin Umayyah al-Jumahi mengatakan, “Dua Hammad menuturkan kepada kami, dan keutamaan Ibnu Salamah dibandingkan ibnu Zaid adalah seperti keutamaan dinar atas dirham –yakni yang nama kakeknya Dinar lebih baik daripada Hammad bin Zaid, yang nama kakeknya adalah Dirham-.”
Adz-Dzahabi mengatakan, “ini dibawakan kepada kemuliaan dan agamanya. Adapun dalam hal itqan (ketekunan dan ketelitian hafalan), maka diserahkan kepada Ibnu Zaid. Dia adalah semisal Malik dalam hal ketelitian.
Ibadah Hammad bin Salamah
Selain pakar dalam ilmu hadits beliau juga seorang yang ‘abid, Abu Nu’aim mengatakan dalam biografinya, “Di antara mereka ada yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, diperhitungkan sebagai Imam, Abu Salamah Hammad bin Salamah. Dia bersungguh-sungguh melakukan amalan-amalan penting, dan merasa puas dengan makanan yang sedikit.”
Dari Abdurrahman bin Mahdi ia berkata, “Seandainya dikatakan kepada Hammad“kamu akan mati besok”, maka dengan sekuat tenaga ia akan menambah amal-amal kebaikannya”.
Dari Affan bin Muslim, dia berkata, “Aku telah melihat orang lebih banyak ibadahnya dari Hammad, namun aku belum pernah melihat orang yang lebih tekun dalam melakukan kebaikan, membaca al-Qur an dan beramal kerena Alloh dari Hammad”.
Dari Musa bin Isma’il, dia mengatakan, “Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak pernah melihat Hammad tertawa, niscaya aku berkata benar. Dia sibuk, baik menceritakan hadits, membaca al-Quran, bertasbih atau shalat. Dia membagi siang sedemikian rupa.”
Ahmad bin Abdullah al-Lijli mengatakan, Ayahku menceritakan kepadaku, dia mengatakan, “Hammad tidak menceritakan hadits hingga membaca seratus ayat dengan melihat mushaf.”
Dari Hammad, dia berkata, “Iyas bin Mu’awiyah memegang tanganku saat aku masih anak-anak, lalu dia mengatakn, ‘Janganlah engkau mati hingga engkau memberi nasihat (taqushsha). Adapun aku (Iyas bin Mu’awiyah) maka aku telah mengatakan hal ini kepada pamanmu dari pihak ibu yakni Humaid ath-Thawil Hammad pun tidak mati hingga memberikan nasihat.”
Sikap Wara’nya
Kewara’an Hammad pun tak kalah dengan kewaraan para ulama salaf lainnya. Dari Musa bin Ismail, ia berkata: “Aku mendengar Hammad berkata kepada seseorang, “Jika seorang penguasa mengundangmu hendaknya engkau membaca ayat, “Katakanlah, dialah Yang Maha Esa. Maka janganlah engkau datang kepadanya (Karena Hammad tidak suka diberi hadiah setelah itu).
Dari muhammad bin Al-Hajjad, ia berkata, “Ada seorang yang mendengar ceramah dari Hammad bersama kami. Pada suatu hari orang tersebut pergi ke Cina, dan ketika kembali ia memberikan hadiah kepada Hammad, dan Hammad berkata kepadanya, “Jika aku menerima pemberianmu maka aku tidak akan bercerita tentang hadits lagi kepadamu, dan jika aku tidak menerima pemberianmu maka aku akan bercerita tentang hadits kepadamu”, maka orang tersebut berkata, “Janganlah engkau menerima hadiah itu, dan ceritakanlah hadits kepadaku”.
Abdullah bin Mubarak berkata, “Ketika masuk Bashrah, aku tidak melihat orang yang tingkah lakunya yang mirip dengan orang-orang generasi pertama kecuali Hammad.”
Kata-kata mutiara Hammad bin Salamah
Kata mutiara yang terlontar dari mulutnya adalah ucapannya yang disebutkan kembali oleh Ishaq bin ath-Thabba’, “Barangsiapa mencari hadits karena selain Alloh, maka dia tertipu dengannya.”
Dari Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, dia mengatakan, aku mendengar sebagian sahabat kami mengatakan, “Wahai Abu Salamah, apakah engkau memandang bahwa Alloh akan mengampuni orang sepertiku?’ Hammad menjawab, ‘Demi Alloh, sekiranya aku diberi pilihan antara muhasabah (perhitungan) Alloh terhadapku dengan muhasabah kedua orang tuaku (terhadapku), niscaya aku memilih muhasabah Alloh. Hal itu karena Alloh lebih sayang kepadaku daripada kedua orang tuaku.
Wafatnya Hammad bin Salamah
Abu Salamah At-Tabudzaki berkata, “Hammad meninggal pada usia 76 tahun.
Abu Hasan Al-Mada’ini berkata, “Hammad meninggal pada hari Selasa, pada bulan Dzulhijjah tahun 167 H, dan Ishaq bin Sulaiman ikut menyolatinya”.
Yunus bin Muhammad al-Mu’addib mengatakan, “Hammad meninggal saat shalat di masjid.”
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!