Kali ini kita akan berjumpa dengan simbol kesucian, kehormatan, dan ketakwaan. Sekuntum bunga yang menyebarkan aroma wewangian, sehingga memenuhi atmosfer seluruh penjuru dunia dengan keharuman iman, pengorbanan, kedermawanan dan pembelaan. Dia adalah Ummul Mukminin, Ummu al-Qasim Khodijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushai bin Kilab. Keturunan suku Quraisy dari keluarga Bani Asad.
Bukan hanya menjadi istri pertama yang sangat dicintai Rosululloh , Khodijah juga memiliki banyak keistimewaan, sebagaimana yang disebutkan Imam Ibnu Katsir , “Khodijah adalah wanita pertama yang dinikahi Rosululloh dan menurut pendapat yang shohih, Khodijah adalah orang pertama yang beriman kepadanya.” Khodijah adalah orang pertama yang sholat bersama Nabi . Wanita pertama yang memberi keturunan kepada Nabi . Wanita pertama di antara istri-istri Nabi yang mendapat berita dijamin masuk surga. Orang pertama yang menerima ucapan salam dari Alloh . Orang pertama yang kuburannya dipersiapkan Nabi . Dan masih banyak lagi tidak akan cukup ditulis dalam kolom ini.
Khodijah beriman kepada Nabi di saat semua orang kufur kepadanya. Membenarkan risalah Nabi di saat semua orang mendustakannya. Mengorbankan harta untuk kepentingan Beliau di saat semua orang enggan memberinya. Membantu menyampaikan risalah Alloh , ikut merasakan kesusahan dan kepahitan da’wah dan mendukung perjuangan melawan hegemoni Quraisy dengan jiwa dan sedekah seluruh hartanya. Seluruhnya… Ya seluruhnya. Harta yang perbandingan satu kafilah dagang Khodijah yang dikirim ke Syam, setara dengan konsorsium beberapa kafilah dagang Quraisy. Khodijah rela mengorbankan hartanya untuk membiayai kehidupan Nabi , sementara Beliau sendiri yang mengendalikan perniagaannya.
Khodijah adalah seorang wanita yang sangat dermawan dan pemurah. Hingga apa yang disenangi suami tercinta, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat membahagiakan hati suaminya. Ketika suaminya memutuskan untuk mengasuh sepupunya, Ali bin Abi Thalib, Khodijah menyambutnya dengan hati yang lapang dan penuh kasih sayang mengasuhnya bagaikan anak kandung sendiri. Begitu pula ketika Khodijah merasa bahwa suaminya sangat menyukai Zaid bin Haritsah, maka ia segera menghibahkan Zaid kepada suaminya .
Demikian kita bisa mengingat sela-sela pertemuan yang hangat antara Rosulullohdengan Halimah as-Sa’diyyah, Ibu susu Beliau . Tatkala Halimah datang dengan aduan kondisi hidupnya yang semakin sulit dan kekeringan yang menimpa kampung Bani Sa’ad, sehingga hidupnya semakin terjepit dan kemiskinan semakin menjadi-jadi. Rosululloh langsung berbicara dengan istrinya, Khodijah, dengan suara berat karena terpengaruh aduan sang Ibu. Khodijah membalasnya dengan hati yang penuh kasih sayang. Dengan senang hati, ia menyerahkan 40 ekor kambing dan seeokor unta untuk membawa air serta perbekalan yang cukup hingga Halimah sampai di kampung halamannya. Itulah keajaiban sedekah ibunda kita, Khodijah , teladan yang tidak akan muncul lagi dalam pentas sejarah. Hidupnya dihabiskan untuk tetap mendukung dan membela Rosululloh dalam menyampaikan da’wah Alloh . Semoga Alloh memberikan keridhoan kepadanya, serta menjadikan Firdaus sebagai persinggahan terakhirnya. Aamiin.