Di sebuah sudut Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Bojonglongok, ada denyut kehidupan yang berjalan dalam kesederhanaan namun penuh makna. Di kampung Babakan, lantunan ayat-ayat Al-Qur’an setiap hari menggema dari pondok-pondok pesantren yang menjadi tempat tumbuhnya generasi penjaga Kalamullah. Santri-santri kecil hingga remaja duduk bersila, memegang mushaf, menghafal dengan tekun, meski dalam keterbatasan sarana dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Distribusi bantuan ini menyasar Pondok Pesantren Riyadhotul Athfal yang diasuh oleh beberapa tokoh penggerak pendidikan Al-Qur’an di wilayah tersebut. Di bawah kepemimpinan Ustadz Dadeng Zaenal Mutqin, sebanyak 30 santri menjalani proses menghafal Al-Qur’an dengan penuh kesungguhan. Beliau menyampaikan harapan besar agar para santri dapat memiliki mushaf yang layak untuk menunjang hafalan mereka, serta bantuan beras untuk mencukupi kebutuhan makan harian santri yang hidup sederhana di lingkungan pondok.
Tidak jauh dari sana, Pondok Pesantren Riyadhotul Athfal yang dipimpin oleh KH. Nanang Mustopa juga menaungi 30 santri dengan semangat yang sama. Dalam keseharian mereka, mushaf Al-Qur’an menjadi sahabat utama, sementara dapur pondok menjadi penopang keberlangsungan pendidikan. Harapan yang disampaikan pun serupa: mushaf untuk menguatkan hafalan dan beras untuk menjaga keberlangsungan aktivitas belajar para santri.
Sementara itu, di lokasi yang masih berada dalam satu wilayah desa, KH. Nasrullah membina lebih banyak santri, sekitar 100 orang, di Pondok Pesantren Riyadhotul Athfal. Jumlah yang tidak sedikit ini menjadikan kebutuhan mushaf Al-Qur’an semakin mendesak, agar setiap santri dapat belajar dan menghafal dengan nyaman tanpa harus bergantian atau menggunakan mushaf yang sudah kurang layak.
Distribusi mushaf dan bantuan beras ini bukan sekadar penyaluran barang, melainkan wujud kepedulian terhadap perjuangan para santri dan para guru yang ikhlas mendidik di jalan Al-Qur’an. Setiap mushaf yang dibagikan diharapkan menjadi cahaya bagi hafalan mereka, dan setiap butir beras yang diterima menjadi energi agar para santri tetap kuat menuntut ilmu. Dokumentasi kegiatan pondok, TPQ, rumah Qur’an, serta aktivitas santri menjadi saksi bahwa di balik kesederhanaan, ada perjuangan besar untuk menjaga Al-Qur’an tetap hidup di hati generasi penerus.
Semoga bantuan ini menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya, sekaligus penguat langkah para santri dalam menghafal, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan mereka kelak.












