MUHAMMAD BIN NASHR AL-MARWAZI

Gambar. Muhammad bin Nashr Al-Marwazi - www.takrimulquran.org

MUHAMMAD BIN NASHR AL-MARWAZI

  1. Nama, Nasab dan Kelahirannya

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Nashr bin al-Hajjaj AL-Marwazi, al-Imam, Syaikhul Islam Abu Abdillah al-Hafidz. Beliau lahir pada tahun 202 H di Baghdad, tumbuh besar di Naisabur dan tinggal di Samarkand.

  1. Sifat-Sifatnya

Muhammad bin Ya’qub Al-Akhram berkata: “Muhammad bin Nashr adalah seorang yang berakhlak terpuji, seakan di mukanya terbelah buah delima, di kedua pipinya terdapat bunga mawar dan di janggutnya terdapat sinar bercahaya”.

  1. Akhlak, Ibadah dan Ilmunya

Beliau adalah seorang ulama besar yang sangat faqih, ahli ibadah, imam ahli hadits di masanya tanpa ada penolakan, beliau juga dikenal sebagai ulama yang paling mengetahui perselisihan sahabat dan ulama-ulama sesudah generasi mereka secara mutlak dalam masalah hukum.

Ibnu Hazm sebagaimana dikutip oleh Imam adz-Dzahabi menyebutkan”orang yang paling berilmu ialah yang paling banyak hafal sunnah-sunnah, paling cermat terhadapnya, paling tahu maknanya, keshahihannya dan perkara yang telah disepakati dan yang diperselisihkan oleh manusia. Kami tidak mendapati sifat-sifat ini setelah para sahabat yang lebih sempurna daripada Muhammad bin Nashr al-Marwazi. Seandainya seseorang mengatakan, ”Tidaklah Rosululloh atau para sahabatnya memiliki satu hadistpun melainkan dia ada pada Muhammad bin Nashr, niscaya pernyataan tersebut tidak jauh dari kebenaran. Dalam hal Ibadah beliau juga dikenal sangat bagus sholatnya sebagaimana dikatakan oleh Muhammad bin Ya’qub al-Akhram: ”Aku tidak pernah melihat sholat yang lebih bagus dari sholat Muhammad bin Nashr. Lebah hinggap ditelinganya hingga darah mengalir sedangkan dia tidak bergeming dan tidak pula mengusirnya.

Baca Artikel Lainnya!

Sungguh kami takjub dengan kebagusan sholatnya, kekhusyu’annya dan gerakan sholatnya. ”Di antara kisah yang menunjukan kefaqihannya adalah bahwa saat Muhammad bin Nashr telah berusia tua beliau berkeinginan untuk mendapatkan anak laki-laki. Pada suatu hari saat ia berbincang dengan temannya ada yang mengabarkan tentang kelahiran anak laki-lakinya, maka dia mengangkat kedua tangannya seraya berucap “Segala puji hanya bagi Alloh yang telah menganugerahkan kepadaku pada usia tua(ku) Ismail..” (QS.Ibrahim:39). Kemudian dia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan kembali kepada keadaan semula. Dengan satu kalimat tersebut dia telah mengamalkan tiga sunnah sekaligus; menamakan anak, memuji Alloh atas anugerahnya dan menamakannya Ismail karena dia lahir saat usianya sudah tua.

  1. Guru-guru dan Murid-muridnya

Al-Imam Adz-Dzahabi berkata: di antara guru beliau Yahya bin Yahya at-Taimi, Abu Khalid Yazid bin Shaleh, Umar bin Zurarah, Shadaqah bin Al-Fadhl Al-Marwazi, Ishaq bin Rahawaih dan Ali bin Hujr, Muhammad bin Mahran Al-Hammal, Muhammad bin Muqatil, Muhammad bin Humaid, Muhammad bin Bakkar bin Ar-Rayyan, Ubadillah bin Umar Al-Qawariri,  Syaiban bin Farruq, Hudbah bin Khalid, Abdul Wahid bin Ghiyats, Muahammad bin Abdillah bin Numair, Hannad, Ibnu Abi Syaibah, Abu Mus’ab, Ibrahim bin Al-Mundzir al-Jasami, dan yang lainnya.Diantara Murid-Murid beliau adalah: “Anak beliau Ismail bin Muhammad bin Nashr, Abu Abbs As-Sarraj, Muhammad bi Al-Mundzir Syakkar, Abu Hamid bin asy-Syarqi, Abu Abdillah Muhammad Ya’qub bin Al-Akhram, Abu Nadhr Muhammad bin Muhammad Al-Faqih, Muhammad bin Ishaq as-Samarkandi, dan masih banyak yang lain.

  1. Karya Tulis

Di antara karya beliau adalah kitab Ta’dzim Qodru Sholah, Rof’ul Yadain dan Qosamah. Abu Bakr  ash-Shairafi mengatakan “seandainya dia tidak menulis kecuali kitab al-Qasamah, nicaya itu telah menunjukan bahwa dia adalah salah satu dari orang yang faqih.

  1. Wafat

Muhammad bin Nashr wafat di Samarkand pada bulan Muharam tahun 294  H.

Wakaf Al-Qur’an untuk Pesantren, TPQ dan Masjid di Pelosok

You cannot copy content of this page