SA’AD BIN ABI WAQQOS

Nama beliau adalah Sa’ad bin Abi Waqqos bin Malik bin Wuhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, Al-Quraisyi Az-Zuhri Al-Makki Al-Madani. Sa’ad dijuluki Abu Ishaq, demikian ia dipanggil oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam dan para sahabatnya. Sa’ad diberi gelar pahlawan Islam dan ia layak dan pantas menyandang gelar yang hebat tersebut. Peristiwa-peristiwa yang dilaluinya, begitu juga dengan lembaran-lembaran jihad dan kisah kepahlawanannya, merupakan bukti yang paling nyata bahwa ia benar-benar seorang pahlawan Islam. Sa’ad dilahirkan di Makkah dan tumbuh besar di antara dekapan gunung-gunung dan lingkungannya. Ia adalah seorang yang mempunyai postur tubuh yang kokoh, dengan otot-otot yang keras, mempunyai cengkraman yang kuat, memiliki mata yang tajam, jiwa yang pemberani dan sangat kuat. Sa’ad mewarisi sifat-sifat ibunya. Hamnah, ibu Sa’ad adalah orang yang penyabar dan keras, mempunyai kemauan kuat, kepribadian yang kokoh dan sangat kuat mempertahankan keinginanya.

Sa’ad bin Abi Waqqos masuk Islam melalui kegigihan dakwah Abu Bakar. Beliau menjadi generasi awal orang yang masuk Islam. Usia beliau saat masuk Islam adalah tujuh belas tahun. Keislaman Sa’ad ternyata membuat sedih ibunya dan meyakiti ibunya. Ibu Sa’ad adalah satu di antara anggota masyarakat Quraisy yang menyembah berhala dan berpegang teguh kepada agama nenek moyang. Ibu Sa’ad bersikeras ingin mengembalikan Sa’ad kepada agama nenek moyang. Di dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Sa’ad berkata, “Aku adalah anak yang sangat berbakti kepada ibuku, ketika aku masuk Islam ibuku berkata, “Hai Sa’ad agama apakah yang telah kau anut? Engkau harus meninggalkan agamamu ini, atau aku tidak akan makan dan minum sampai mati, sehingga kau akan dicela karenaku, dan akan dikatakan kepadamu, “Wahai pembunuh ibunya.” Aku berkata, “Janganlah engkau lakukan itu duhai ibu, sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk apapapun.” Ia pun kemudian tidak makan dan minum sehari semalam, dan esok paginya, ia telah kepayahan. Ketika melihat itu aku berkata, “Wahai ibuku, engkau tahu? Demi Alloh kalau engkau memiliki seratus nyawa, dan keluar satu demi satu, aku tidak akan meninggalkan agamaku ini. Kalua ibu mau, makanlah, atau kalau tidak maka jangan makan.” Ketika ia melihat sikapku akhirnya dia makan.”

Sa’ad bin Abi Waqqos adalah seorang yang ahli ibadah. Ia senantiasa menunaikan shalat dhuha 8 rakaat. Jika setelah shalat Isya ia senantiasa melakukan shalat witir 1 rakaat sebelum tidur. Beliau bangun tengah malam untuk menunaikan shalat tahajud. Ia seorang yang wara’. Ia memecat pekerja kebunnya dikarenakan ia meminta izin kepada Sa’ad untuk memeras anggur di kebunnya sedangkan ia khawatir perasan anggur itu akan dijadikan khomr. Ia memiliki hati yang jernih dan lembut. Nasihat-nasihat yang dikemukakan oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalammembuat air matanya berlinang. Ia seorang yang rajin berdakwah. Ia senantiasa bermajelis dengan murid-muridnya. Ia membicarakan masalah manusia dan jihad, dan disela-sela pembicaraan tersebut senantiasa disebutkan hadis-hadis Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam.

Sa’ad adalah orang pertama yang menumpahkan darah di jalan Alloh. Pada saat orang-orang musyrik di Makkah menunjukkan kebencian kepada agama kaum muslimin dan mencela agama mereka, Sa’ad mengambil tulang rahang unta dan memukul salah seorang dari kelompok musyrik tersebut hingga berdarah. Beliau adalah orang Arab pertama yang melepaskan panah di jalan Alloh. Delapan bulan setelah hijrah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam mengutus Sa’ad dalam sebuah ekspedisi yang terdiri dari 60 sahabat dari Muhajirin untuk mengintai sebuah kafilah Quraisy yang dipimpin Abu sufyan. Kedua pasukanpun bertemu. Pasukan musyrik menyerang pasukan kaum muslimin dan mereka saling melepaskan panah. Maka sa’ad melindungi kaum muslimin dengan panah-panahnya. Sa’ad bin Waqqos adalah peserta perang Badar. Saat itu para sahabat hanya membawa 70 unta dalam pasukan mereka sehingga harus bergantian memakainya. Sa’ad memilih jalan kaki padahal jarak tempuh antara Madinah dan Badar sekitar 150 km. Ini menunjukkan ketegaran Sa’ad, kemauan kerasnya, dan kekuatan badannya. Pada perang tersebut Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam menugaskan Sa’ad, Ali bin Abi Thalib, dan Zubair bin Awwam dalam misi pengintaian untuk mengetahui jumlah tentara kaum musyrikin. Ketika peperangan berkecambuk Sa’ad berperang selayaknya seorang kesatria pemanah. Setiap kali meletakkan panah di busur, Sa’ad berkata, “Ya Alloh, goyahkanlah kaki-kaki mereka, berikanlah rasa takut di hati mereka, lakukanlah itu kepada mereka. Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalamyang berada di dekatnya seraya berkata, “Ya Alloh, kabulkanlah doa Sa’ad.” Pada perang tersebut Sa’ad berhasil membunuh beberapa orang musyrik, di antaranya Ash bin Sa’id bin Al Ash yang membawa pedang yang bernama Dzul Katifah (pedang yang lebar) yang paling terkenal di kalangan Quraisy. Sa’ad juga sebagai peserta perang Uhud. Pada saat perang pecah, pembawa panji pasukan musyrik, Sa’ad bin Abu Tholhah bangkit dan menantang duel kaum muslimin. Sa’ad menerima tantangannya. Sa’ad pun menyerang, memukul dengan pedangnya, dan memutuskan tangan kanannya. Ia pun memegang panji dengan tangan kiri. Sa’ad kembali menyerang dan memotong tangan kiri tersebut. Ia kemudian memangku panji tersebut di dadanya. Maka Sa’ad mengambil busurnya dan menusukkannya di antara baju besi dan pelindung kepala musuhnya. Setelah itu ia melepaskan pelindung kepala tersebut sehingga bisa melihat lehernya, dan memukulnya dengan pedang hingga berhasil memenggal kepalanya. Demikianlah beberapa kisah kepahlawananya.

Sa’ad bin Abi Waqqos wafat pada tahun 55 H. Usianya pada saat wafat 88 tahun. Istri-istri Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam menyalati jenazahnya. Kemudian jenazahnya dimakamkan di Baqi.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.takrimulquran.org

You cannot copy content of this page