Seputar 10 Hari Terakhir Ramadhan

Untaian Tweet Syaikh Muhaddits Abdul’Aziz Al-Tharifi

# Mengucapkan selamat atas masuknya 10 hari terakhir Ramadhan merupakan hal yang baik, dengan memilih ucapan selamat yang menggabungkan antara motivasi beramal dan doa keberkahan dalam sepuluh terakhir Ramadhan.

 

# Ijtihad untuk beramal dalam setengah bulan Ramadhan terakhir sangat ditegaskan dibandingkan dengan setengah bulan permulaannya, karena inilah yang ditunjukkan oleh amalan Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan para sahabatnya.

 

# Allah menjadikan akhir Ramadhan lebih utama daripada permulaannya, karena jiwa manusia biasanya sangat bersungguh-sungguh beramal pada awal-awal pekerjaan, dan kemudian melemah pada penghujungnya, sehingga orang yang benar-benar beramal akan terus istiqamah dengan berbagai amalan ibadah, dan orang yang memiliki sifat munafiq akan melemah amalannya, karena keimanan itu tergantung ketegaran/keistiqamahan dalam beramal.

 

# Barangsiapa yang banyak lalai pada awal Ramadhan, lalu rajin beribadah diakhir Ramadhan, maka ia lebih baik daripada orang yang rajin ibadah diawalnya, namun banyak lalai diakhirnya, sebagaimana dalam hadis; “Sesungguhnya amalan itu tergantung akhirnya”.

 

# Merupakan kesempurnaan akal adalah banyak menyediakan bekal untuk perjalanan akhirat, dan bekal yang paling utama dalam menuju akhirat adalah ibadah disepuluh terakhir Ramadhan ini, agar seseorang bisa menyiapkan bekal didalamnya, sebab dikhawatirkan ia akan wafat dan tidak akan kembali menemukan waktu utama ini, padahal perjalanannya ke akhirat begitu panjang dan melelahkan.

 

# Menghidupkan 10 malam terakhir Ramadhan dengan ibadah shalat merupakan petunjuk Nabi shallallahu’alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu’anha: “Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wasallam pada dua puluh hari permulaan Ramadhan menggabungkan antara shalat dan tidur, namun apabila di sepuluh terakhir, beliau bersungguh-sungguh (banyak ibadah dan tidak tidur malam) dan mengencangkan tali pinggangnya…”.

 

# Wanita  muslimah  yang  punya  udzur  seperti  haid/nifas,  maka  disunatkan  untuk duduk   ditempat   ibadahnya   dirumahnya   pada   malam-malam   sepuluh   terakhir Ramadhan dengan beribadah membaca Al-Quran, berdzikir dan berdoa, tapi tidak boleh shalat, dengan demikian ia tetap diharapkan akan bisa mendapatkan malam lailatul-qadr.

 

# Orang yang tidak sanggup shalat qiyamullail pada 10 malam terakhir Ramadhan karena udzur seperti adanya pekerjaan berat yang tidak boleh ditinggalkan (seperti satpam dll), dimana ia tidak bisa berlibur, maka bila ia shalat isya dan shalat subuh berjamaah di Masjid, ia tetap mendapatkan pahala qiyamullail pada 10 malam terakhir Ramadhan, dan juga pahala mendapatkan lailatul-qadr. Pendapat ini shahih dari Ibnul- Musayyib rahimahullah. Pendapat ini begitu kuat, dikuatkan oleh nash-nash sunnah, lagipula karunia dan rahmat Allah begitu luas bagi orang-orang yang berhalangan.

You cannot copy content of this page