Sosial Media untuk Berdakwah? Bijak dan Berfaedah
Di era digital, sosial media bukan cuma tempat pamer aktivitas atau hiburan. Hari ini, banyak orang mulai sadar bahwa platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan X (dulu Twitter) bisa jadi ladang pahala—terutama untuk berdakwah.
Tapi pertanyaannya, dakwah di sosial media itu harus bagaimana?
Apakah cukup hanya dengan semangat? Atau butuh sesuatu yang lebih dari sekadar posting kata-kata islami?
Jawabannya: perlu ilmu, perlu bijak, dan harus berfaedah.
Dakwah Itu Harus dengan Ilmu
Sebelum kita membagikan ayat, hadis, atau nasehat agama, kita harus ingat satu hal penting: jangan berdakwah tanpa ilmu.
Niat baik tidak cukup kalau tidak diiringi dengan pemahaman yang benar.
Imam Bukhari bahkan memulai kitab Shahih-nya dengan bab “Ilmu sebelum berkata dan beramal”.
Mengapa?
Karena kalau kita salah dalam menyampaikan, apalagi menyesatkan orang lain walau tidak sengaja, akibatnya bisa berat.
Jadi, sebelum posting:
Pastikan ayat atau hadisnya benar (maksudnya bukan hadis palsu)
Pahami maknanya, jangan cuma ambil sepotong-potong
Tanyakan ke ustadz, guru, atau sumber terpercaya kalau ragu
Jangan gampang repost tanpa tabayyun
Dakwah itu tanggung jawab. Bukan ajang coba-coba atau pamer pengetahuan.
Bijak dalam Menyampaikan, Sopan dalam Gaya
Salah satu kekuatan sosial media adalah gaya penyampaian. Tapi di sinilah ujian besar: jangan sampai semangat dakwah malah berubah jadi hujatan.
Contoh:
Jangan seperti : “Yang nonton drakor itu bodoh, dosa besar!”
Yang benar : “Yuk, isi waktu kita dengan tontonan yang mendidik hati dan mendekatkan pada Allah.”
Lihat bedanya? Intinya sama, tapi nadanya jauh berbeda.
Dakwah itu seni menyentuh hati, bukan menyerang pikiran. Kita tidak sedang cari menang debat, tapi ingin orang lain ikut dekat pada Allah.
Tidak Semua Harus Kita Jawab, Tidak Semua Harus Kita Posting
Media sosial seringkali membuat kita merasa harus selalu punya pendapat. Tapi dalam dakwah, diam itu juga bagian dari adab dan kebijaksanaan.
Kalau belum paham masalah fikih, jangan terburu-buru bahas hukum.
Kalau belum kuat ilmunya, jangan ikut-ikutan bantah ulama.
Lebih baik diam dalam kehati-hatian daripada bicara dalam kesalahan.
Tulus Lebih Penting dari Viral
Dakwah bukan soal followers, likes, atau views.
Yang terpenting: apakah pesan kita membawa manfaat dan diridhai Allah?
Kalau konten kita ditonton 10 orang, tapi satu orang berubah lebih baik karenanya—itu lebih bernilai daripada 1000 views tanpa dampak apa-apa.
Berdakwahlah karena ingin Allah ridha, bukan ingin manusia kagum.
Tips Praktis Berdakwah di Sosial Media
Berikut beberapa tips agar dakwahmu tetap berilmu, bijak, dan berfaedah:
- Belajar dulu – Luangkan waktu rutin untuk ngaji, ikut kajian, atau baca tafsir.
- Pastikan sumber valid – Jangan asal kutip ayat/hadis dari Google atau media sosial lain.
- Gunakan bahasa yang ramah – Sampaikan dengan cinta, bukan marah.
- Tampilkan visual yang syar’i – Hindari gambar yang tidak pantas atau terlalu berlebihan.
- Bangun komunitas positif – Libatkan audiens untuk saling mendukung dalam kebaikan.
- Ingat selalu tujuan utama – Bukan ketenaran, tapi keridhaan Allah.
Dakwahmu Bisa Menjadi Jalan Hidayah
Sosial media bisa jadi ladang pahala, tapi juga bisa jadi sumber fitnah—tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Kalau niatmu lurus, ilmunya cukup, dan caranya lembut, maka insyaAllah kontenmu akan menjadi wasilah hidayah bagi banyak orang.
…مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya….”
(HR. Muslim)
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang berdakwah dengan ilmu, menyampaikan dengan bijak, dan memberi manfaat yang nyata.