ABU DAWUD AS-SIJISTANI
- Nama lengkap beliau menurut Al-Khatib Al-Baghdadi adalah Sulaiman bin Al-Asy’ats bin syidad bin Amr bin Imran. Kunyah beliau adalah Abu Dawud As-Sijistani. Imam Adz Dzahabi menjelaskan bahwa beliau lahir pada tahun 202 H. Beliau sering melakukan rihlah mengumpulkan hadits, menelurkan karya dan ahli dalam bidang hadits. Beliau dilahirkan di Sijistan, daerah ysng terletak antara Iran dan Afghanistan sehingga nama beliau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya tersebut.
- Abu Bakar Al Khallal berkata, “Abu Dawud adalah seorang imam terkemuka dan pioner di masanya. Selain wara’, dia juga salah satu ulama yang menelorkan karya dalam bidang hadits tanpa ada sebelumnya”. Al-Khatib al-Baghdadi berkata, “Abu Dawud bertempat tinggal di Bashrah, namun beliau sering keluar masuk kota Baghdad. Di sana beliau meriwayatkan kitab karyanya Al-Mushanaf fi As-Sunan dan para ulama ahlihadits banyak yang mengutip darinya”. Karya beliau yang lainnya yaitu Kitab Az-Zuhd, Al-Marasil, Kitab Ar-Rijal, Al-Qadr, Kitab Al-Masail, dan Kitab Tasmiyah Ukhuwwah Al-Ladiina Ruwiya ‘Anhu Al-Hadits.
- Ahmad bin Muhammad bin Yasin al-Harawi berkata, “Dia adalah salah satu ulama yang hafidz dalam islam karena menghafal dan menguasai banyak hadits Rasulullah berikut makna dan sanad hadits serta illat-illatnya. Dia telah menguasai lebih dari sekedar ibadah, menjauhi perbuatan terlarang yang keji. Oleh karena itu, beliau merupakan pahlawan dalam bidang hadits”. Al-Hafidz Abu Abdillah bin Mandah berkata, “Ada empat ulama telah menelurkan karya dalam hadits. Mereka dapat membedakan hadits yang shahih dari tidaknya dan hadits yang benar dari salahnya. Mereka adalah Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasa’i”.
- Abu Abdillah al-Hakim berkata, “Tidak dapat disangkal lagi bahwa Abu Dawud adalah imam para ulama ahli hadits di masanya. Dia telah melakukan rihlah untuk mengumpulkan hadits ke Mesir, Hijaz, Syam, Irak, Khurasan dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya. Dia telah menulis hadits di Khurasan sebelum bertolak menuju Irak dan Hirah. Dia juga telah menulis hadits di daerah Baghlan dari Qutaibah dan di Ray dari Ibrahim bin Musa. Sanad ‘Ali berasal dari al-Qa’nabi, Muslim bin Ibrahim dan yang lain. Pada awalnya Abu Dawud berdomisili di Naisabur dan menulis hadits di sana, namun akhirnya dia pergi ke Khurasan bersama anaknya Abu Bakar”.
- Imam Abu Dawud merupakan ulama terkemuka dan seorang yang tinggi ibadahnya, menjaga kesucian diri, kesalihan dan wara’. Abu Dawud juga terkenal memuliakan ilmu dan ulama. Sebagian ulama mengatakan bahwa perilaku, sifat dan kepribadian Abu Dawud mirip dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ahmad bin Hanbal mirip Waki’, Waki’ mirip Sufyan ats-Tsauri, Sufyan ats-Tsauri mirip Manshur, Manshur mirip Ibrahim an-Nakha’i, Ibrahim an-Nakha’i mirip al-Qamah, al-Qamah mirip Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Mas’ud mirip Rasulullah.
- Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: “Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya”. Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sijistan, seperti Khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur. Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya, akan tetapi hal itu tidak membuat dia berhenti dalam mencari hadits.
- Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Prioritas penyusunan kitabnya adalah masalah hukum, jadi kumpulan haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang hukum. Sebagaimana yang diungkapkan oleh as-Suyuthi bahwasannya Abu Dawud hanya membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum saja. Abu Bakar bin Dasah menuturkan; “Aku mendengar Abu Dawud berkata: “Aku menulis dari Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits, kemudian aku pilah-pilah dari hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta aku letakkan dalam kitabku ini sebanyak 4.800 hadits. Aku sebutkan yang shahih, yang serupa dengannya dan yang mendekati kepada ke shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjaga agamanya dengan berpegangan terhadap empat hadits, yaitu; yang pertama; segala perbuatan harus disertai dengan niat, yang kedua; indikasi baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya. Yang ketiga; tidaklah seorang mukmin menjadi mukmin yang hakiki, sehingga dia rela untuk saudaranya sebagaimana dia rela untuk dirinya sendiri. Dan yang kelima; yang halal itu sudah jelas.
- Abu Ubaid al-Ajari berkata, “Abu Dawud meninggal pada tanggal 16 Syawal 275 Hijriyah.”