Ali Bin Abi Thalib
Nasab dan Kedudukan
Beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Quraisyi Al-Hasyimi. Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf. Ibunya masuk Islam dan berhijrah bersama Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam ke Madinah dan meninggal di sana.
Ali bin Abi Thalib sejak muda memperoleh pengajaran dari kitabulloh dan Sunnah nabawiyyah. Beliau mengambil ilmu dari Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam. Alloh menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas. Beliau termasuk orang yang hafal al-Qur’an pada masa Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam dan mengetahui tafsirnya. Tidaklah satu surat turun melainkan beliau mengetahui pada peristiwa apa, di mana, dan mengenai siapa ayat itu turun. Beliau senantiasa menyertai Abu Bakar, Umar dan Utsman pada masa pemerintahan mereka masing-masing untuk bermusyawarah dalam rangka memecahkan berbagai problematika dan permasalahan umat.
Ali bin Abi Thalib adalah manusia yang senantiasa mewujudkan ketakwaan kepada Alloh Ta’ala. Beliau kerap menunaikan shalat sebelum zhuhur empat rakaat yang panjang, ketika ditanya tentang hal itu dia menjawab, “Saya melihat Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam melaksanakannya.” Di samping itu juga shalat sunnah sebelum Ashar empat rakaat. Dia berkata, “Semoga Alloh merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum ashar.” Beliau tidak pernah meninggalkan shalat Dhuha dan membiasakan wirid yang telah diajarkan oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam kepadanya, yaitu membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak seratus kali pada waktu pagi dan petang, baik di perjalanan maupun di rumah, baik kala sehat maupun sakit.
Keutamaannya
Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat mulia yang memiliki berbagai keutamaan. Beliau adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira sebagai penghuni surga, tempat keabadiaan sejati. Bahkan surga telah merindukannya. Beliau rela mengorbankan jiwa dan hartanya untuk mendampimgi Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam. Saat Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam hijrah, ia rela tidur di atas tempat pembaringan beliau, padahal ia tahu bahwa kematian siap menjemputnya di tempat tidur tersebut. Sungguh Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang sahabat Nabi yang meraih kecintaan dari Alloh dan Rosul-Nya. Bahkan, Nabi Muhamad Sholallohu ‘alaihi wassalam sendiri yang telah mengabarkannya.
Sungguh beruntunglah sahabat mulia Ali bin Abi Thalib, ia salah satu dari deretan para syuhada yang telah dikabarkan oleh Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam semasa hidupnya. Beliau adalah seorang sahabat yang ikut serta dalam perang Badar sedangkan Alloh berfirman kepada mereka, “Lakukanlah sesuka kalian. Sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian.”. Beliau adalah seorang sahabat yang ikut serta dalam Bai’atur Ridwan sedangkan Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wassalam bersabda tentang mereka, “Tidak akan masuk neraka orang-orang yang ikut serta dalam bai’at Ridwan di bawah sebuah pohon.”
Kepribadian Mengagumkan
Ali bin Abi Tholib memiliki kepribadian yang mengagumkan lagi menyenangkan yang layak dijadikan sebagai suri teladan bagi kaum Muslimin. Beliau adalah seorang mujahid yang tangguh dan militan. Sikap kepahlawanannya ia buktikan pada perang Badar dan Khondak. Ia mampu menebas leher lawan pada saat perang tanding. Beliau adalah orang yang sangat tawadhu’ (rendah hati). Untuk membeli keperluannya sehari-hari, beliau melakukannya sendiri dan mengangkatnya di pundak sendiri tanpa merasa gengsi dengan kedudukannya sebagai khalifah.
Pada suatu hari pernah masuk pasar dan membeli kurma dengan harga satu dirham, maka ia menjinjingnya sendiri. Kemudian banyak orang yang menawarkan untuk membawakannya, maka Ali berkata: “Tidak, seorang kepala keluarga lebih berhak untuk membawanya sendiri.” Beliau juga kerap menunggangi seekor keledai dan menggantungkan kedua kakinya di satu tempat seraya berkata, “Saya adalah orang yang menghinakan dunia.”
Beliau adalah orang yang adil terhadap keluarganya dan anak-anaknya serta kaum muslimin. Beliau memiliki lebih dari satu istri. Ketika ia membelikan salah satu istrinya daging seharga setengah dirham, maka keesokan harinya iapun membelikan istrinya yang lain daging setengah dirham. Beliau orang yang zuhud. Beliau tak sedikitpun terpesona dan terlena dengan kehidupan dunia. Makanan beliau sangat sederhana.
Pada hari raya Idul Adha ada seorang yang bertamu ke rumahnya lalu beliau menghidangkan Khazirah (makanan yang terbuat dari daging dan dipotong kecil-kecil dan direbus hingga matang setelah itu ditaburi tepung). Beliau membeli pakaian dari harta miliknya. Beliau tidak mau mengurangi harta baitul mal kaum muslimin meski hanya tiga dirham seharga baju yang dikenakannya. Akhlak mulia beliau sangat luas, sampai mencakup pada orang yang sangat memusuhinya, bahkan yang membahayakannya sekalipun, yaitu Abdur Rahman bin Muljam yang telah menikamnya. Amirul Mukminin telah memerintahkan kepada anaknya untuk berbuat baik kepadanya, memberikan makanan dan minuman yang baik serta tidak memutilasi mayatnya jika dibunuh.
Wafatnya
Ali bin Abi Tholib dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdur Rahman bin Muljam pada saat beliau akan melaksanakan shalat Shubuh. Beliau ditikam pada tanggal 17 Ramadhan 40 H/661 M. Beliau meninggal dunia pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan. Usia beliau pada saat wafat 63 tahun dan masa kekhilafahannya 4 tahun 9 bulan. Setelah beliau wafat, kedua putranya yaitu Hasan dan Husein memandikan jenazahnya dibantu oleh Abdullah bin Ja’far. Kemudian jenazahnya dishalatkan dan yang menjadi imam adalah putra tertua beliau, Hasan. Jenazahnya dimakamkan di Darul ‘Imarah di Kufah, karena kekhawatiran pada kaum Khawarij yang akan membongkar makamnya.
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!