Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang mungkin beranggapan bahwa orang yang banyak berbicara adalah sosok yang luar biasa karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Namun, dalam pandangan ajaran Islam, diam dan menjaga lisan justru memiliki keutamaan yang lebih mulia. Hal ini diajarkan oleh para ulama, termasuk Imam as-Syafi’i, dan dikuatkan melalui hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini adalah beberapa keutamaan dari diam yang dijelaskan dalam literatur Islam.
Faedah Diam Menurut Imam as-Syafi’i
Imam as-Syafi’i rahimahullah menyampaikan dalam kitab al-Jawahir al-Lu‘lu’iyyah fi Syarhi al-Arba’in an-Nawawiyyah, bahwa sedikit bicara atau meninggalkan pembicaraan yang tidak bermanfaat dapat menambah kecerdasan akal. Beliau menyebutkan tiga hal yang dapat meningkatkan kecerdasan seseorang:
وقال الشافعي – رضي الله تعالى عنه –: ثلاثة تزيد في العقل: مجالسة العلماء، ومجالسة الصالحين، وترك الكلام فيما لا يعني.
“Ada tiga hal yang bisa menambah kecerdasan seseorang: Pertama adalah berkumpul atau duduk bersama ulama, kedua adalah berkumpul dengan orang-orang saleh, dan ketiga adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak berarti.” (al-Jawahir al-Lu‘lu’iyyah, hal. 147)
Lebih lanjut, Imam as-Syafi’i menambahkan bahwa meninggalkan pembicaraan yang tidak perlu dapat memberikan cahaya pada hati seseorang. Beliau berkata:
وقال أيضا: من أراد أن ينوِّر الله قلبه، فليترك الكلام فيما لا يعنيه
“Barangsiapa yang menginginkan agar Allah subhanahu wa ta’ala menyinari hatinya, maka hendaknya ia berhenti membicarakan hal yang bukan urusannya.” (al-Jawahir al-Lu‘lu’iyyah, hal. 147)
Nasihat Sayyidina Umar bin Khattab tentang Menjaga Lisan
Sayyidina Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, khalifah kedua dalam sejarah Islam, juga memberikan nasihat berharga tentang pentingnya hemat bicara. Dalam salah satu ucapannya, beliau berkata:
“Janganlah engkau berbicara terhadap apa yang bukan urusanmu, menjauhlah dari musuhmu, waspadalah terhadap temanmu yang dapat dipercaya – sebab tidak ada orang yang dapat dipercaya kecuali orang yang bertakwa kepada Allah, jangan bergaul dengan orang yang bermaksiat karena untuk berhati-hati dari maksiatnya, janganlah kamu membocorkan rahasiamu kepadanya, dan jangan berdiskusi tentang urusanmu kecuali kepada orang-orang yang bertakwa kepada Allah.” (al-Jawahir al-Lu‘lu’iyyah, hal. 146)
Pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang Diam
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت … رواه البخاري ومسلم
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau memilih untuk diam.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa berbicara yang baik atau diam merupakan tanda keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga lisan agar tidak mengucapkan hal-hal yang sia-sia atau menyakitkan hati orang lain.
Pandangan Imam al-Ghazali tentang Menjaga Lisan
Imam al-Ghazali rahimahullah memberikan peringatan agar kita tidak mempergunakan lisan secara berlebihan. Beliau berkata:
“Jangan membesar-besarkan lisanmu, jangan sampai mereka merusak urusanmu.” (al-Jawahir al-Lu‘lu’iyyah, hal. 168)
Pesan ini selaras dengan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan bahwa diam dapat menyingkirkan setan dan membantu kita dalam menjalankan agama:
“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR Ahmad)
Hikmah Diam dalam Islam
Menjaga lisan tidak hanya menghindarkan seseorang dari dosa, tetapi juga membawa banyak manfaat lain, seperti:
- Menjaga hubungan baik dengan sesama. Dengan sedikit berbicara, risiko menyakiti hati orang lain akan berkurang.
- Meningkatkan kualitas berpikir. Diam memberikan kesempatan untuk merenung dan mempertimbangkan apa yang akan dikatakan.
- Meningkatkan ketaqwaan. Diam membantu seseorang untuk lebih fokus pada hal-hal yang bermanfaat dan bernilai ibadah.
Diam dan menjaga lisan merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dengan menjaga lisan, kita dapat memperoleh kecerdasan, cahaya hati, dan kedamaian dalam kehidupan. Sebagaimana pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau memilih untuk diam.” Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa menjaga lisan dan mendapatkan keberkahan dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Wallahu a’lam.