MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I

Gambar. Muhammad bin Idris - www.takrimulquran.org

MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I

  • Nama, Nasab dan Kelahiran

Namanya Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syari’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib. Dia adalah anak paman Rasulullah, nasabnya bertemu dengan beliau pada kakeknya, Abdu Manaf. Rasulullah berasal dari Bani Hasyim bin Abdu Manaf, sedangkan imam asy-Syafi’i berasal dari Bani Abdul Muththalib bin Abdu Manaf. Adz-Dzahabi mengatakan, “Tempat kelahiran imam asy-Syafi’i tepatnya di Ghaza. Ayahnya, Idris meninggal saat masih pemuda, lalu Muhammad tumbuh sebagai yatim dalam asuhan ibunya. Kemudian ibunya khawatir anak-anaknya tersia-siakan, lalu dia berpindah ke induk keluarganya ketika asy-Syafi’i berumur dua tahun, lalu tumbuh besar di Makkah.

  • Keilmuan dan Karyanya

Asy-Syafi’i adalah orang yang mula-mula menyusun mengenai Ushul Fiqh dan Ahkam al-Qur’an. Para ulama dan para pemuka berlomba-lomba mempelajari karya-karyanya dan mengambil manfaat darinya. Kitabnya yang tersebar adalah kitab ar-Risalah, Kitab ini, dengan kemudahan lafalnya, sangat banyak maknanya, sangat besar bangunannya, yang membuktikan kekuatan akalnya, kesempurnaan ilmunya, dan kemanisan lafalnya. Murid-muridnya membagi karya tulisannya menjadi dua lama (qadimah) dan baru (jadidah). Yang lama adalah yang ditulis-nya saat berada di Baghdad dan Makkah, sedangkan yang baru dalah yang ditulisnya saat berada di Mesir. Di antara karya-karya asy-Syafi’i adalah : al-Umm, as-Sunan al-Ma’tsurah, ar-Risalah, Musnad, Ikhtilaf al-Hadits, al-Aqidah, Ushul ad-Din wa Masail as-Sunnah, Ahkam al-Qur’an, Masa’il fi al-Fiqh, Kitab as-Sabq wa ar-Ramyu, Washiyyah, dan al-Fiqh al-Akbar.

  • Kesemangatan, Ibadah dan Menuntut Ilmu

Dari al-Husain al-Karabisi, dia mengatakan, Aku bermalam bersama asy-Syafi’i selama delapan puluh malam, dan dia mengerjakan shalat sekitar sepertiga malam. Aku tidak pernah melihatnya menambah lebih dari 50 ayat. Jika dia memperbanyak bacaan, maka seratus ayat. Tidaklah dia melewati ayat rahmat melainkan pasti dia memohon kepada Alloh bagi dirinya dan bagi semua kaum Mukminin, dan tidaklah dia melewati ayat azab melainkan dia memohon perlindungan kepada Alloh darinya, dan meminta keselamatan bagi dirinya dan semua kaum Mukminin. Seakan-akan telah dihimpunkan padanya harapan dan kecemasan sekaligus.”Dari ar-Rabi’ bin Sulaiman, dia mengatakan, “Asy-Syafi’i membagi malam menjadi tiga bagian : Sepertiga pertama untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat, dan sepertiga ketiga untuk tidur.

  • Akhlak, Zuhud, Wara’ dan Sabar

Ditanyakan kepada asy-Syafi’i, “Mengapa engkau senantiasa memegang tongkat, sedangkan engkau bukanlah orang yang lemah?” Dia menjawab, “Agar aku selalu ingat bahwa aku adalah musafir, yakni di dunia.

Baca Artikel Lainnya!

  • Nasihat dan Kata-kata mutiara

Asy-Syafi’i mengatakan :

“Mencari ilmu itu lebih utama daripada shalat sunnah.”

“Perhiasan ilmu adalah wara’ (kehati-hatian) dan hilm (kesabaran).”

“Ilmu itu bukanlah apa yang telah dihafal, tetapi ilmu ialah apa yang telah dimanfaatkan.”

“Barangsiapa yang jujur dalam bersaudara dengan saudaranya, maka dia menerima kekurangannya, menutupi aibnya, dan memaafkan ketergelincirannya.

  • Perjuangan, Menuntut ilmu, Dakwah

Abu Nu’aim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Bakar bin Idri Warraq al-Humaidi dari asy-Syafi’i dia mengatakan, “Aku adalah anak yatim dalam asuhan ibu, sedangkan ibu tidak memiliki sesuatu untuk diberikan kepada guruku, tapi guruku sudah ridha kepadaku bila aku mengikuti di belakangnya ketika dia berdiri. Ketika aku sudah mengkhatamkan al-Qur’an, aku masuk masjid lalu duduk di majelis ulama, lalu menghafalkan hadits atau masalah. Tempat tinggal kami di Makkah, di gang al-Khaif. Aku melihat tulang (yang bentuknya) lebar, maka aku menulis hadits dan masalah padanya. Ketika itu kami memiliki bejana lama, apabila tulang telah penuh tulisan, maka aku menaruhnya di bejana. Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya, dari Mush’ab bin Abdullah az-Zubairi, dia mengatakan, “Pada permulaannya, asy-Syafi’i mencari syair, sejarah manusia dan adab, kemudian setelah itu mengambil fikih.

  • Wafat

Ar-Rabi’ bin Sulaiman mengatakan, “Asy-Syafi’i meninggal pada malam Jum’at, setelah Maghrib, saat aku berada di sisinya, dan dimakankan pada hari Jum’at setelah Ashar, hari terakhir dari bulan Rajab. Ketika kami pulang mengantar jenazahnya, kami melihat hilal bulan Sya’ban 204 H dalam usia 54 tahun.”

Wakaf Al-Qur’an untuk Pesantren, TPQ dan Masjid di Pelosok

You cannot copy content of this page