Sebelum seseorang membahas tafsir ayat-ayat al-Qur’an, sebaiknya ia memahami terlebih dahulu makna ta’awudz dan basmalah. Karena keduanya senantiasa dibaca oleh seseorang yang akan membaca al-Qur’an.
Adapun yang dimaksud dengan Ta’awudz adalah perkataan:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Artinya,
“Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk.”
Makna kalimat tersebut adalah, “Aku berlindung kepada Alloh subhanahu wata’ala dari kejelekan godaan setan agar dia tidak menimpakan bahaya kepadaku dalam urusan agama maupun duniaku.”
Setan selalu menempatkan dirinya sebagai musuh bagi kalian. Oleh sebab itu, maka jadikanlah diri kalian sebagai musuh baginya. Setan bersumpah di hadapan Alloh subhanahu wata’ala untuk menyesatkan umat manusia. Alloh subhanahu wata’ala menceritakan sumpah setan ini di dalam Al-Quran:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
“Demi kemuliaan-Mu sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang taat di antara hamba-hamba-Mu.”
(QS. Shod [38]: 82-83)
Dengan demikian tidak ada yang bisa selamat dari jerat-jerat setan kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Alloh subhanahu wata’ala.
Isti’adzah atau ta’awwudz merupakan bentuk permohonan perlindungan diri kepada Alloh subhanahu wata’ala, dan hal ini termasuk bagian dari ibadah. Karena pada hakikatnya hanya Alloh subhanahu wata’ala yang dapat melindungi seorang hamba dari godaan setan yang terkutuk.
Oleh sebab itu ta’awudz tidak boleh ditujukan kepada selain Alloh subhanahu wata’ala. Karena menujukan ibadah kepada selain Alloh subhanahu wata’ala adalah kesyirikan.
Orang yang baik tauhidnya akan senantiasa merasa khawatir kalau-kalau dirinya terjerumus ke dalam kesyirikan. Sebagaimana Nabi Ibrohim ‘alaihissalam yang sangat takut kepada kesyirikan sampai-sampai beliau berdoa kepada Alloh subhanahu wata’ala. Hal ini sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada berhala.”
(QS. Ibrohim [14]: 35)
Ini menunjukkan bahwa tauhid yang kokoh akan menjadikan kelezatan di dalam hati kaum mukminin. Orang-orang yang bisa merasakan kelezatannya hanyalah mereka yang benar-benar memahami makna-maknanya.
Harus diketahui bahwa setan yang berusaha menyesatkan umat manusia ini terdiri dari golongan jin dan manusia. Hal ini sebagaimana disebutkan Alloh subhanahu wata’ala di dalam ayat berikut:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً
“Demikianlah Kami jadikan musuh bagi setiap nabi berupa setan dari golongan manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain ucapan-ucapan yang indah untuk memperdaya manusia.”
(QS. al–An’am [6]: 112)
Adapun bacaan basmalah adalah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Artinya,
“Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Makna dari bacaan ini yaitu, “Aku memulai bacaanku ini seraya meminta keberkahan dengan menyebut seluruh nama Alloh.”
Meminta keberkahan kepada Alloh subhanahu wata’ala artinya meminta tambahan kebaikan dan peningkatan amal solih serta pahalanya yang akan mengantarkan dirinya ke dalam surga.
Semua keberkahan adalah milik Alloh subhanahu wata’ala. Dia-lah yang memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jadi, keberkahan bukanlah milik manusia, yang bisa mereka berikan kepada siapa saja yang mereka kehendaki.
Alloh subhanahu wata’ala adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dengan rasa cinta, takut, dan harap. Segala bentuk ibadah hanya ditujukan kepada-Nya.
Adapun ar-Rohman dan ar-Rohim adalah dua nama Alloh subhanahu wata’ala di antara sekian banyak Asma’ul Husna yang dimiliki-Nya. Makna ar-Rohman dan ar-Rohim adalah Alloh subhanahu wata’ala memiliki kasih sayang yang begitu luas dan agung. Rahmat Alloh subhanahu wata’ala meliputi segala sesuatu. Akan tetapi, Alloh subhanahu wata’ala hanya melimpahkan rahmat-Nya yang sempurna kepada hamba-hamba yang bertakwa dan mengikuti ajaran para Nabi dan Rosul.
Mereka inilah orang-orang yang akan mendapatkan rahmat yang mutlak. Yaitu rahmat yang akan mengantarkan mereka menuju kebahagiaan abadi. Adapun orang yang tidak bertakwa dan tidak mengikuti ajaran Nabi maka dia akan terhalangi mendapatkan rahmat yang sempurna ini.
Surat pertama dalam al-Qur`an adalah surat al-Fatihah. Surat ini mempunyai banyak keutamaan, di antaranya:
Pertama, Membaca surat al-Fatihah Adalah salah satu Rukun Sholat.
Nabi shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab atau surat al–Fatihah.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam hadis yang lain, beliau shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ
“Barangsiapa yang shalot tidak membaca Ummul Qur’an atau surat al–Fatihah, maka sholatnya cacat.”
(HR. Muslim)
Makna dari khidaaj adalah cacat atau kurang, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Berdasarkan hadis tersebut dan hadis sebelumnya, para imam seperti Imam Malik, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan para sahabatnya, serta mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum membaca surat al-Fatihah di dalam sholat adalah wajib; tidak sah sholat tanpa membacanya.
Kedua, surat al-Fatihah adalah surat paling agung dalam al-Qur’an.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id Rofi’ Ibnul Mu’alla rodhiyallohu’anhu, yang mengatakan bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda kepadaku:
أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ
“Maukah kamu aku ajari sebuah surat yang paling agung dalam al–Quran sebelum kamu keluar dari masjid?” Maka beliau berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar dari masjid, maka aku pun berkata; Wahai Rosululloh, tadi Anda bersabda, “Aku akan mengajarimu sebuah surat yang paling agung dalam al–Quran?” Maka beliau bersabda, “Surat itu adalah Alhamdulillaahi Robbil ‘alamiin, itulah yang disebut dengan As–Sab’ul Matsaani atau tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam sholat. Disebut pula dengan al–Quranul ‘Azhim yang dikaruniakan kepadaku.”
(HR. Bukhori)
Demikianlah penjelasan singkat tentang Ta’awudz dan Basmalah, semoga bermanfaat, Amin. Wallohu ta’ala a’lam…